REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH, — Suara tembakan senapan mesin dan artileri kembali menggema di kawasan garis depan perbatasan antara Thailand dan Kambodia, Senin (7/2). Baku tembak antara tentara kedua belah pihak pecah di hari keempat di dekat kuil abad ke-11 yang disengketakan.
Juru bicara Kamboja, Phay Siphan mengatakan bentrokan terjadi lagi awal Senin, setelah sempat terhenti sekitar tengah malam tadi. Hingga kini belum ada komentar dari pihak Thailand, namun menurut laporan wartawan AP di area tersebut menyatakan suara tembakan terdengar cukup jelas.
Pertempuran telah dimulai sejak Jumat dan pejabat Kamboja mengatakan artileri Thailand pada Ahad, meruntuhkan sebagian dari dinding Kuil , yang telah diakui menjadi situs Warisan Dunia oleh PBB.
Kerusakan lebih lanjut masih belum diketahui. Kuil tersebut dibangun lebih dari 900 tahun lalu. PBB, dalam Sidang Dunia pada 1962 menyatakan Kambojaa adalah pemilik sah kuil tersebut yang kontan disengketakan oleh banyak warga Thailand
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, telah mengingatkan bahwa pertikaian itu mengancam stabilitas kawasan tersebut. Ia mengatakan bentrokan terakhir terjadi setelah sejumlah tentara Thailand memaksa melintasi perbatasan demi mencari temannya yang terbunuh.
Tindakan itu memaksa tentara Kamboja melakukan tembakan untuk mengusir mundur mereka. Hun Sen menyatakan komentarnya, Senin (7/2).
Pada Ahad malam, seorang juru bicara militer Thailand mengatakan sekitar 10 prajurit Thailand terluka. Hun Sen kemudian mengatakan bentrok pada Ahad kemarin lebih banyak menghasilkan korban manusia ketimbang kerusakan, namun ia tidak mengungkap detail lebih lanjut.
Hun Sen juga menyatakan telah melayangkan surat ke Dewan Keamanan PBB menyerukan pelaksanaan pertemuan darurat untuk membantu mengakhiri pertikaian dua negara. Sedikitnya lima orang tewas dalam bentrok di perbatasan tersebut--salah satu dari bentrok terkeras dalam beberapa tahun terakhir.