Senin 07 Feb 2011 19:05 WIB

Pascaledakan Gas di Mesir, Israel Cari Alternatif Gas

Perdana Menteri Israel Netanyahu (tengah) membahas isu ledakan pipa gas di Mesir dalam sidang kabinet, Minggu (6/2).
Perdana Menteri Israel Netanyahu (tengah) membahas isu ledakan pipa gas di Mesir dalam sidang kabinet, Minggu (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan rakyat Mesir terhadap Presiden Hosni Mubarak, terjadi ledakan besar di kilang Gas Mesir. Kilang gas tersebut menyambungkan ke negara Zionis Israel. Pascaledakan tersebut, pemerintah dan para pejabat serta media setempat mengaku curiga atas ledakan pipa saluran gas di Semenanjung Sinai utara negeri itu. Mereka pun menuding ledakan tersebut sebagai bentuk dari sabotase.

Insiden itu, tak pelak, mengkhawatirkan Israel. Mesir memasok sekitar 40 persen gas alam ke Israel yang kebanyakan digunakan di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik. Perjanjian penjualan gas adalah landasan bagi hubungan damai kedua negara, tetapi Israel khawatir ketidakstabilan di Mesir dengan adanya demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah dapat mengakibatkan perjanjian itu tidak berarti.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membahas isu itu pada sidang kabinet mingguan. Ia mengatakan Israel siap menghadapi kemungkinan buruk itu, tetapi dengan adanya gelombang demonstrasi yang menggoncang kawasan itu, Israel harus mencari sumber energi alternatif.

Menteri Infrastruktur Israel Uzi Landau sedang mengupayakan pinjaman pemerintah dan keringanan pajak untuk mempercepat pembangunan ladang gas alam besar yang ditemukan di pantai Laut Tengah wilayah Israel beberapa bulan lalu. Landau mengatakan, dengan peristiwa yang sekarang terjadi di Mesir, Israel harus mampu mandiri di bidang energi.

Ia menambahkan, "Kami selalu mengharapkan yang terbaik dengan persetujuan perdamaian dan kontrak penjualan gas yang kita miliki. Tetapi, kami harus mempersiapkan diri bila terjadi hal yang tidak diinginkan terkait dengan persetujuan itu.”

Ketidakpastian mengenai pipa saluran gas itu menunjukkan keprihatinan yang lebih luas: Israel khawatir apabila pemerintahan baru yang berkuasa di Mesir bersikap anti-Israel, pemerintahan itu mungkin akan membatalkan perjanjian perdamaian dengan Israel yang telah berjalan 32 tahun itu.

sumber : voanews.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement