REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Setidaknya sudah 297 rakyat Mesir terbunuh sejak meletusnya aksi unjuk rasa besar-besaran yang berlangsung selama dua minggu ini. Demikian laporan HAM Dunia, Senin (7/2). Jurubicara Kelompok Peneliti Kairo, Heba Morayef mengungkapkan, jumlah tersebut berasal dari penemuan di tujuh rumah sakit di Kairo, Alexandria dan Suez. Angka tersebut juga termasuk hasil wawancara dengan para dokter dan inspeksi kamar mayat.
Menteri kesehatan Mesir tidak memberikan data yang komprehensif terkait berapa banyak warganya yang meninggal, meskipun staf di kementerian tersebut sedang berusaha untuk mengkompilasi beberapa data terkait.
Protes terhadap Presiden Mesir Hosni Mubarak terjadi sejak 25 Januari kemarin. Para pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi, yang memuntahkan peluru, dan melemparkan gas air mata. Sementara itu, para pengunjuk rasa juga bentrok dengan para pendukung Mubarak, yang menyerangnya di pusat kota Kairo, Tahrir Square.
Kekerasan juga meluas ke luar wilayah di Mesir dan jumlah korban tewas termasuk 65 warga yang meninggal di luar ibukota, Kairo. Morayef mengatakan, jumlah tersebut masih bersifat sementara dan bakal bertambah.
Ia melanjutkan, mayoritas rakyat Mesir yang meninggal disebabkan karena kebakaran dalam beberapa kasus, namun dokter enggan menyebutkan identitas korban. Kendati demikian, dirinya mengaku bahwa pihaknya tidak dapat menjelaskan secara detail berapa banyak seluruhnya rakyat Mesir yang meninggal dalam unjuk rasa tersebut.
Para peneliti juga menuturkan jumlah korban yang tewas di Kairo mencapai 232 orang, termasuk 217 mereka yang terbunuh pada 30 Januari, dan juga 15 orang terbunuh saat bentrokan antara pendukung Mubarak dengan para demonstran di Tahrir Square, yang merupakan pusat aksi demonstrasi, pada 2 dan 3 Februari kemarin. Selain itu, 52 orang tewas di Alexandria dan 13 orang di kota timur Suez, Kairo.