REPUBLIKA.CO.ID, Keputusan Amerika Serikat untuk tetap meninggalkan Presiden Mesir Hosni Mubarak dengan mendukung penjatuhannya dari kekuasaannya, telah membuat para pemimpin rezim Zionis Israel khawatir. Mereka beranggapan bahwa Washington akan mengambil kebijakan serupa terhadap sekutu-sekutu lainnya, termasuk Tel Aviv.
"Ada kesan bahwa Washington sangat ingin membuang Presiden Hosni Mubarak ke laut, ia sudah menjadi sekutu yang tidak berguna," ujar seorang pejabat tinggi Israel yang menolak disebutkan namanya kepada AFP.
Dia menggambarkan loyalitas sebagai sebuah sikap tak ternilai, terutama di Timur Tengah dan memperingatkan bahwa keputusan Washington untuk menarik tiba-tiba dukungan kepada presiden Mesir, bisa merusak kredibilitas kebijakan luar negeri AS.
Dia juga mengkritik kebingungan dan inkoherensi posisi Amerika, mengacu pada sikap pemerintahan Obama yang buru-buru mengesampingkan pernyataan utusan khususnya untuk Mesir, Frank Wisner. Sebelumnya, Wisner mengatakan sebaiknya Mubarak tetap berkuasa untuk mengarahkan perubahan dan mengawasi masa transisi.
Israel rupanya sangat khawatir atas lengsernya Mubarak dan kemungkinan kehilangan sekutu 30 tahunnya serta peluang naiknya kelompok Islamis dan anti Barat ke tampuk kekuasaan Mesir. Kekhawatiran atas keengganan Washington untuk kembali merangkul Mubarak juga bergema di media-media Israel.
Mereka memperingatkan bahwa nasib yang sama juga akan menimpa Tel Aviv. "Semua orang memahami bahwa Mubarak telah pergi, tapi kami berharap pemerintah AS untuk tetap memberi dukungan dan tidak memisahkan diri darinya," tulis harian Israel, Yediot Aharonot.
"Selama beberapa dekade, Mubarak adalah andalan Barat. Dan ketika AS melakukan hal ini kepada presiden
Mesir, apa yang harus dipikirkan oleh sekutu-sekutu lainnya?" tambah koran tersebut.