Rabu 09 Feb 2011 13:13 WIB

PBB Berupaya Lerai Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja

PBB
PBB

REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Sekjen PBB Ban Ki-moon, Selasa berbicara dengan para pemimpin Thailand dan Kamboja menyangkut usaha penghentian konflik perbatasan mereka dan mengatakan ia menawarkan bantuan PBB untuk merundingkan satu persetujuan. Setidaknya delapan orang tewas dalam baku tembak lintas perbatasan empat hari yang kedua pihak saling menyalahkan.

Dengan meredanya pertempuran sejak Senin, Dewan Keamanan PBB menghentikan perundingan-perudingan resmi menyangkut bentrokan senjata itu untuk memberikan waktu bagi satu usaha penengahan Indonesia, kata para diplomat. Sekjen PBB mengemukakan kepada wartawan ia telah berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva tentang bentokan-bentrokan senjata baru di sekitar kuil kuno Preah Vihear.

Ban mengatakan ia mendesak kedua negara itu "menghentikn aksi kekerasan itu, menahan diri, dan mengusahakan satu penyelesaian abadi sengketa itu melalui mekanisme dan pengaturan yang ditetapkan. PBB tetap siap membantu." Hun Sen menyerukan penempatan satu pasukan penyangga PBB di perbatasan itu dan mendesak Dewan Keamanan PB bersidang membahas bentrokan-bentrokan senjata yang menewaskan lima tentara Kamboja dan tiga tentara Thailand itu.

Dalam sepucuk surat yang dikirim ke PBB, Senin, Hun Sen menuduh Thailand melancarkan "agresi bersenjata berskala penuh terhadap Kamboja, menggunakan senjata berat yang canggih," kata sebuah kopi surat yang diperlihatkan kepada AFP. Pemimpin Kamboja itu mengatakan sejumlah peluru artileri Thailand "mendarat sejauh sekitar 20km di dalam wilayah Kamboja," tambah surat itu.

Hun Sen menyebut serangan itu 'agresi paling gawat oleh Thailand' untuk memperkuat tuntutanya bagi satu sidang mendadak Dewan Keamanan PBB. Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya dalam suratnya kepada PBB mengatakan Kamboja memulai tindakan permusuhaan Jumat petang -- beberapa jam setelah ia melakukan perundingan di wilayah itu dengan sejawatnya dari Kamboja.

"Pada 4 Februari 2011 pukul 15:00 waktu setempat pasukan Kamboja menembaki satu pos militer Thailand di Phu Ma Khua di daerah Thailand menggunakan senjata-senjata berat seperti mortir, granat berpelontar roket, senapan, artileri jarak jauh dan roket multi peluncur," kata menteri itu.

Ia menambahkan tiga tentara tewas dan sekitar 13 cedera, sekitar 6.000 orang meninggalkan desa-desa mereka di dalam perbatasan Thailand. "Kendatipun Thailand selalu menahan diri semaksimum mungkin, tentara Thailand tidak memiliki pilihan lain kecuali melaksanakan hak untuk membela diri" sesuai dengan piagam PBB, kata menteri itu dalam surat tersebut yang fokopinya juga diberikan kepada AFP.

"Thailand memprotes dalam nada yang paling keras terhadap serangan-serangan militer yang berulang-ulang dan tidak di provokasi oleh pasukan Kamboja, yang merupakan satu tindakan agresi," kata isi surat itu. Menlu Thailand itu mengatakan kedua pihak sedang "melakukan konsultasi-konsultasi " untuk mengakhiri sengketa tersebut.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement