REPUBLIKA.CO.ID, PREAH VIHEAR, KAMBOJA - Tentara Thailand dan Kamboja masih berdiri dalam kondisi siaga penuh pada Selasa (9/2), setelah keduanya terlibat bentrokan bersenjata dalam hutan di sekitar sebuah kuil Hindu yang disengketakan. Tentara kedua pihak yang berada di perbatasan menahan tembakan, namun tetap di posisinya guna mengantisipasi pertempurasn selanjutnya setelah empat hari berperang di wilayah sengketa seluas 4,6 kilometer persegi di sekitar Kuil Preah Vihear yang diklaim oleh kedua negara tetangga di Asia Tenggara itu.
Menyusul tekanan yang diberikan China, Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Washington kepada kedua negara agar menahan diri, pemerintah Thailand menyatakan kesiapannya untuk menggelar pembicaraan dengan Kamboja guna menyelesaikan sengketa itu. Menteri Luar Negeri Thailand, Kasit Piromya mengatakan ia merencanakan untuk bertemu Menteri Luar Negeri Kamboja dengan segera di negara perantara guna membicarakan cara untuk mengakhiri perselisihan keduanya.
Hal itu diikuti oleh penolakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa terhadap permintaaan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen untuk mengadakan rapat dewan yang mendadak. Presiden Dewan Keamanan, Maria Luiza Ribeiro Viotti mengatkaan masalah itu harus diselesaikan dalam tingkatan regional namun masih membuka peluang untuk digelarnya rapat yang membahas itu isu.
Para diplomat Dewan Keamanan PBB itu mengatakan kepada Reuters bahwa ada kemungkinan badan beranggotakan 15 negara itu akan membahas isu tersebut pekan depan, meskipun belum diputuskan demikian. Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dimana Kamboja dan Thailand adalah anggotanya, telah mendesak kedua negara untuk melakukan pembicaraan yang mungkin dapat dimediasi oleh ASEAN.
"Isu tersebut hanya dapat ditujukan secara bilateral karena merupakan isu perbatasan yang harus dinegosiasikan antara mereka," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa di Bangkok yang kini menjabat sebagai Ketua ASEAN. "Namun pada saat yang bersamaan, selalu ada ruang untuk ASEAN, dan anggota ASEAN lainnya untuk mendukung upaya bilateral tersebut," katanya.
Thailand dan Kamboja saling menyalahkan terkait provokasi serius kedua pihak sehingga memicu adu tembakan yang menewaskan sedikitnya tiga warga Thailand dan delapan warga Kamboja serta menambah amunisi bagi kelompok pemrotes ultra nasionalis Thailand "Kaos Kuning" yang menuntut mundurnya pemerintah Thailand.
Di provinsi Preah Vihear, tentara membolehkan beberapa wartawan bertugas melalui titik pemeriksaan militer di dekat kuil berusia 900 tahun yang terletak di puncak tebing itu. Pepohonan yang jatuh, kawah kecil dan sisa kebakaran yang menghitam menceritakan sebuah cerita tentang sengitnya pertempuran di sekitar kuil, yang menderita kerusakan kecil akibat ledakan granat dari perbatasan.
Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang betugas melindungi situs bersejarah, UNESCO, akan mengirimkan misi ke wilayah tersebut untuk menyelidiki keadaan kuil itu, kata direkturnya, Irina Bukova. Pemerintah Kamboja menuduh tentara Thailand yagn menyebabkan runtuhnya sayap kuil itu, namun tidak ada bukti yang terlihat terkait kerusakan itu ketika wartawan Reuters mengunjungi situs itu.