Kamis 10 Feb 2011 09:57 WIB

PM Kamboja Bilang Bentrokan dengan Thailand 'Perang Sungguhan'

ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen Rabu mengatakan, bentrokan baru-baru ini dengan Thailand di daerah perbatasan yang disengketakan adalah "perang sungguhan", dan menambahkan bahwa tidak akan ada lagi pembicaraan bilateral. "Ini adalah perang yang sebenarnya, bukan bentrokan militer," katanya sambil menutup konferensi tahunan Departemen Perdagangan.

"Thailand menciptakan perang ini (Perdana Menteri Thailand) Abhisit harus bertanggung jawab untuk perang itu.." Hun Sen menuduh tentara Thailand menembakkan bom tandan terhadap pasukan Kamboja. "Perang kami dengan Thailand akan mengambil waktu yang lama," katanya.

Perdana Menteri juga menyerukan mediasi internasional dalam perundingan bilateral. "Tidak akan ada pembicaraan bilateral lagi, dan semua negosiasi akan diikuti oleh pihak ketiga." "Sekarang mekanisme bilateral tidak berguna, sehingga perlu mekanisme internasional dan Kamboja akan menggunakan mekanisme internasional sebanyak mungkin seperti meminta PBB untuk menyelenggarakan pertemuan darurat, dan mengirim pasukan penjaga perdamaian PBB atau pengamat PBB ke Kamboja."

"Pemerintah Thailand tidak perlu takut mekanisme internasional itu," kata Hun Sen. Sementara menolak pembicaraan bilateral dan bersumpah bahwa Kamboja tidak akan berkompromi mengenai masalah perbatasan, perdana menteri menekankan bahwa "perundingan damai akan dilanjutkan, tetapi negosiasi harus diikuti oleh pihak ketiga."

Hun Sen mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Namhong akan melaporkan masalah ini kepada Dewan Keamanan PBB. Dia juga menolak laporan media Thailand bahwa anaknya tertua terluka dalam baku tembak dengan Thailand pada Senin.

Perbatasan antara Thailand dan Kamboja belum pernah benar-benar dibatasi dan masalah candi Preah Vihear telah menjadi sengketa lama. Walaupun Mahkamah Internasional tahun 1962 memutuskan bahwa kuil itu milik Kamboja, namun garis batas wilayah seluas 4,6 kilometer persegi di sekitar candi tidak pernah diselesaikan.

Bentrokan empat hari terakhir, 4-7 Februari, antara kedua negara telah menewaskan dan melukai beberapa prajurit di kedua pihak, dan kerusakan pada candi Preah Vihear yang dianugerahi situs Warisan Dunia pada tahun 2008.Pada saat yang sama, puluhan ribu penduduk desa kedua negara negara 'di dekat daerah yang dipersengketakan melarikan diri ke tempat-tempat hunian yang aman'.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement