REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden AS Barack Obama pada Rabu (9/2) tengah malam menekankan transisi politik yang berarti dan bertahan di Mesir. Pernyataan itu disampaikan dalam perbincangan telepon dengan salah satu sekutu kunci AS, pemimpin Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Aziz.
Penegasan itu dibuat Obama sebagai respon tuduhan Mesir bahwa AS memaksakan kehendaknya kepada sekutunya Arab. "Presiden menitik beratkan pentingnya mengambil langkah segera menuju transisi damai yang berarti, bertahan serta sah secara hukum sebagai respon terhadap aspirasi rakyat Mesir," ujar Gedung Putih dalam rilis persnya.
Presiden, lanjut pernyataan, juga menegaskan ulang komitemen jangka panjang Amerika Serikat terhadap perdamaian dan kemanan di wilayah tersebut.
Presiden Mesir, Hosni Mubarak, yang tengah dikepung beberapa hari dalam protes massal, dikenal dekat dengan Raja Abdullah. Pemimpin Kerajaan Arab Saudi itu sebelumnya sempat mengecam segala upaya yang ia sebut penyusup berupaya mencampuri stabilitas Mesir.
Bersama Mesir, Arab Saudi adalah sekutu kunci AS di Timur Tengah dan telah menjadi paku pasak bagi strategi AS di wilayah tersebut selama berdekade.
Dalam keterangan persnya, Gedung Putih menolak membocorkan komentar yang dibuat oleh pemimpin Arab Saudi dalam perbincangan telepon dengan Obama. Pernyataan hanya menyebut bahwa Mubarak harus membuat keputusan benar demi masa depan bangsa serta menerima transisi damai sebagai aturan demokrasi.
Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Abul Gheit, pada Rabu (9/2) menuding AS memaksakan kehendaknya terhadap sekutu-sekutu Arab, ketika Washington mengingatkan bahwa Kairo telah gagal untuk bahkan mencapai kuota minimun untuk reformasi.
Pemimpin diplomat Mesir dalam sebuah wawancara televisi mengecam Washington di hari yang sama ketika Gedung Putih mengkritik wakil presiden Mesir, Omar Suleiman, yang bertanggung jawab dalam dialog dengan grup oposisi.
Ditengah peringatkan yang ditujukan kepada pemerintah Mesir atas upaya militer untuk mematahkan unjuk rasa, pemerintah AS menunda bantuan kepada tentara Mesir yang dibantu dengan milyaran dolar sebaga bentuk menahan diri.