Ahad 13 Feb 2011 15:59 WIB

Ribuan Warga Inggris 'Berpesta' Mubarak Mundur

Rakyat Mesir larut dalam kegembiraan di Lapangan Tahrir
Foto: AP
Rakyat Mesir larut dalam kegembiraan di Lapangan Tahrir

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Alun-alun kota London Trafalgar Square, tidak jauh dari Istana Ratu Inggris, Elizabeth II di Buckingham Palace dan Gedung Parlemen Westminster Abbey, pada Sabtu (12/2) waktu setempat, dipadati ribuan orang yang merayakan mundurnya Presiden Mesir Hosni Mubarak. Lautan manusia yang memadati alun-alun itu mengenakan identitas berwarna merah, hitam dan putih--warna bendera Mesir--dalam perayaan hari 'Bersolidaritas dan Berlawan'.

Sejak pagi ribuan orang yang terdiri dari aktivis, serikat buruh, mahasiswa dan pendukung Amnesti Internasional, berdatangan dari penjuru Inggris untuk merayakan kemenangan rakyat Mesir yang berhasil

memundurkan Presiden Hosni Mubarak. Salah satu peserta aksi ini adalah Aditya Muharam, seorang warga Indonesia yang ada di negeri itu.

"Bila Mesir bisa, maka di kota-kota lainnya juga pasti bisa merasakan gelora dan solidaritas masyarakat

Mesir," ujar Aditya Muharam. "Hari ini kami berkumpul untuk selebrasi dan protes," kata Salil Shetty, Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional.

Setelah mundurnya Hosni Mubarak, dia melihat agenda selanjutnya harus dijalankan dalam koridor penghormatan dan penegakkan hak asasi manusia. Dalam perayaan hari 'Bersolidaritas dan Berlawan', mereka menuntut penghormatan atas hak asasi manusia, tidak saja di Timur Tengah tetapi juga di Afrika Utara.

Presiden Mesir Hosni Mubarak tumbang setelah 30 tahun berkuasa. Mubarak tumbang setelah berlangsung

demonstrasi besar di seluruh Mesir selama 18 hari. Ini adalah diktator kedua yang tumbang setelah beberapa minggu sebelumnya Ben Ali dari Tunisia mundur dari kekuasaannya.

Salil Shetty mengatakan, demonstrasi massa anti pemerintahan yang otoriter telah menggelora di beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam beberapa minggu ini. Banyak pendemo terbunuh, terluka atau ditahan. "Amnesti International menyerukan semua negara di region untuk menghormati HAM," katanya.

"Saya merasa melayang, saya sangat bahagia, sangat-sangat bahagia," ungkap Mohammed Ihsam, warga Mesir yang bekerja di London. "Semuanya akan menjadi lebih baik, ini baru permulaannya saja," ujarnya dengan nada optimistis sambil membalut diri dengan bendera Mesir.

Selain Ihsam, tampak juga orang-orang melambaikan bendera Aljazair, Tunisia, Yaman, Palestina dan Iran di lapangan yang tidak jauh dari landmark kota London, jam gadang Big Band. Dalam aksi ini, para peserta diminta oleh koordinator aksi untuk mengeluarkan handphone, mengenggamkan ke udara sambil mengacungkan dua jari tanda 'victory'.

Hal ini menjadi representasi vitalnya peran teknologi informasi seperti internet, jaringan sosial seperti

facebook, twitter dan juga kantor berita seperti Aljazeera dalam mengawal tuntutan rakyat Tunisia dan Mesir.

Turut ikut ambil bagian dalam demonstrasi ini adalah Kongres Serikat Buruh Internasional (ITUC), Human Rights Watch, Institut HAM Kairo, Inisiatif Mesir untuk Hak Personal, Jaringan HAM Euro-Mediterranean Human Rights Network dan Serikat Buruh Jurnalis Nasional Inggris.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement