Rabu 16 Feb 2011 05:33 WIB

Telah 150 Tahun, Unifikasi Italia Masih Diganjal Penolakan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Perayaan Hari Unifikasi Italia
Foto: WASHINGTON POST
Perayaan Hari Unifikasi Italia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Ditengah isu yang melanda publik Italia terkait prilaku pemimpin mereka, negeri itu tengah bersiap merayakan hari jadinya yang ke 150 tahun sebagai republik Italia modern. Sayangnya, perayaan bakal terganjal dengan penolakan dari sejumlah wilayah yang merasa bukan bagian dari Italia.

Penolakan itu merupakan sisa-sisa ketegangan dan ekspresi geografis di era penyatuan.  Nada-nada penolakan perayaan hari penyatuan Italia umumnya datang dari provinsi otonom berbahasa Jerman seperti Tyrol Selatan, yang merupakan warisan wilayah Kekaisaran Austria-Hungaria pada akhir perang dunia pertama.

Luis Durnwalder, presiden provinsi pegunungan tersebut menjelaskan dia tidak menginginkan perayaan pernyatuan nasional disesuaikan dengan hari penobatan raja italia kala itu, Victor Emmanuel II, pada 17 Maret 1861. Penetapan hari itu dilakukan oleh parlemen.

"Saya tidak tahan terhadap Garibaldi (salah satu arsitek utama dari penyatuan), tetapi bagi kami perayaan itu mewakili sesuatu yang lain dan mengingatkan pemisahan dari negari induk kami, Austria," papar dia seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (15/2).

Durnwaler menambahkan saat era penyatuan, warga tidak pernah ditanya pendapatnya, apakah menghendaki penyatuan dengan Italia atau tidak. Atas alasan itu, kata dia, pihaknya tidak merasa patut untuk merayakan apa pun.

Tyrol Selatan, dalam bahasa Italia disebut Alto Adige, merupakan wilayah berbudaya Jerman. Selain bahasa, masyarakat Tyrol Selatan juga mewarisi tempramen dan arsitektur khas Jerman. Bahkan secara terang-terangan, mereka lebih memilih Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua ketimbang Bahasa Italia.

Kerasnya sikap Tyrol Selatan kontan mengundang teguran dari Presiden Giorgio Napolitano. Dia bahkan berkomentar Durnwaler seharusnya bekerja sebagai perwakilan pemerintah Italia bukan sebagai keturunan Austria di Tyrol Selatan.

Maurizio Paniz, anggota parlemen dari Partai Kebebasan, mengatakan keinginan Tyrol Selatan memilih untuk tidak berpartisipasi dalam acara perayaan merupakan penghinaan.

Perlu diketahui, "pembangkangan" sejumlah Wilayah Italia merupakan persoalan yang hingga kini belum terselesaikan. Setiap wilayah bersengeketa dengan wilayah lain.

Keberadaan "Risorgmento" atau hari penyatuan sejatinya diharapkan mampu mengurangi ketengangan antar wilayah di Italia. Namun sepertinya, ego geografis dari warisan sebelum penyatuan tampak lebih dominan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement