REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton, pada Kamis (17/2)menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas bentrokan mematikan di Bahrain. Ia juga menyarankan pengendalian diri karena Kerajaan Teluk itu menghadapi unjuk rasa anti pemerintah.
Hillary berbincang dengan Menteri Luar Negeri Bahrain, Sheikh Khaled bin Ahmed Al Khaifa, melalui telepon. Ia menyampaikan "keprihatinan mendalam" Amerika Serikat terhadap tindakan pasukan keamanan".
Selain itu, Hillary juga "menyarankan pengendalian diri pemerintah untuk tetap menjaga komitmennya. Sekaligus ia meminta pertanggungjawaban mereka yang telah melakukan kekerasan secara berlebihan untuk melawan para pengunjuk rasa yang damai".
Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan kepada media bahwa kuasa usaha AS di kerajaan itu juga telah mengirimkan pesan yang sama kepada para pejabat tinggi Bahrain.
Sebanyak empat pengunjuk rasa tewas dan puluhan lainnya cedera setelah polisi anti huru-hara menyerbu Bundaran Pearl di Manama pusat pada Kamis. Tentara Bahrain pada hari yang sama mengatakan dalam pernyataannya bahwa tindakan keras akan digunakan untuk menjaga stabilitas negara itu.
Bahrain merupakan markas bagi Armada Angkatan Laut Kelima AS. Departemen Pertahanan AS pada Kamis menyerukan kepada semua pihak di Bahrain untuk mengendalikan dan menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan.