REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH - Meskipun konflik perbatasan berlangsung yang menyebabkan pertempuran berdarah secara sporadis di sepanjang perbatasan mereka. Namun Thailand dan Kamboja menyelenggarakan pertemuan bisnis mereka pertama di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Trairong Suwannakhiri, dan Wakil Menteri Perdagangan, Alongkorn Ponlaboot, mengadakan pembicaraan itu Kamis dengan Wakil PM Kamboj,a Keat Chhon, dan Menteri Perdagangan, Cham Prasidh. Kedua pihak menyepakati bahwa masalah perbatasan tidak dijadikan kendala bagi perdagangan antara dua negara bertetangga itu.
Perundingan-perundingan difokuskan pada kerja sama bilateral di bidang perdagangan, investasi, pertanian, logistik, pariwisata dan pengembangan sumber daya manusia.
Pihak Thailand juga mengusulkan dalam pertemuan itu peningkatan jumlah titik-pemeriksaan perbatasan permanen dan menambah jumlah truk yang membawa barang-barang menjadi 150 truk sehari dari yang sekarang diizinkan 40 truk. Pada saat ini hanya ada enam titik pemeriksaan perbatasan permanen di antara kedua negara.
Pertemuan itu yang pertama antara pejabat senior dari kedua negara setelah bentrokan berdarah di perbatasan yang disengketakan antara 4-7 Februari. Bentrokan tersebut menewaskan sedikitnya delapan orang di kedua pihak.
Para delegasi Thailand berada di Phnom Penh juga datang untuk menghadiri Thailand Trade Fair selama empat hari, yang dimulai Kamis. Dari 175 stan pada pameran perdagangan, 150 stan peserta Thailand, termasuk 53 perusahaan swasta dan 25 anjungan milik pedagang Kamboja.
Perdagangan timbal balik pada tahun 2010 senilai sekitar 81 miliar Bath, naik 20 persen dari tahun sebelumnya, pada saat Bangkok dan Phnom Penh memperluas kerja sama untuk meningkatkan perdagangan dan investasi swasta.