Ahad 20 Feb 2011 13:11 WIB

50 Pemimpin Muslim Libya Minta Hentikan Pembunuhan

Seorang warga Libya mengusung gambar Moamar Gaddafi saat muda dalam unjuk rasa di Benghazi
Foto: AP
Seorang warga Libya mengusung gambar Moamar Gaddafi saat muda dalam unjuk rasa di Benghazi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Tindakan keras berdarah di Libya memicu sekitar 50 pemimpin Muslim negara itu, Sabtu (19/2) mengeluarkan imbauan kepada pasukan keamanan agar menghentikan pembunuhan. "Ini adalah satu imbauan mendesak dari pakar agama, kaum intelektual, dan para pemimpin suku dari Tripoli , Bani Walid, Zintan, Jadu, Msalata, Misrata, Zawiah dan kota-kota dan desa-desa lainnya dari daerah barat," kata imbauan yang foto kopinya juga dikirim kepada Reuters.

"Kami menyerukan semua warga Muslim,rezim itu atau yang membantunya mengakui bahwa membunuh orang yang tidak berdosa dilarang oleh Pencipta kita dan oleh Nabi Muhammad ... Jangan membunuh saudara-saudara anda. Hentikan pembunuhan itu sekarang!."

Pasukan Libya, Minggu membunuh belasan pemerotes di kota Benghazi dalam aksi kekerasan terbaru yang mengancam kekuasaan Muamar Gaddafi. Sebelum laporan korban tewas terbaru itu, kelompok hak asasi manusia (HAM) Human Rights Watch mengatakan 84 orang tewas dalam tiga hari akibat tindakan keras pasukan keamanan untuk menanggapi protes-protes anti pemerintah meniru pemberontakan-pemberontakan rakyat di Mesir dan Tunisia.

"Belasan orang tewas bukan 15 , belasan. Kamis sedang berada di satu lokasi pembuhan di sini," kata seorang saksi mata kepada stasiun televisi Al Jazeera. Pria itu mengatakan ia membantu membawa para korban ke rumah sakit di Benghazi, kota terbesar kedua Libya.

Televisi itu , Ahad memberitakan sejumlah personil keamanan yang ditahan para pemrotes agaknya adalah tentara sewaan asing. Sebelumnya, stasiun televisi itu mengatakan pasukan keamanan menembaki orang-orang yang menghadiri satu acara pemakaman, menewaskan setidaknya 15 orang.

Perkiraan saksi mata sulit untuk diverifikasi secara independen karena pihak berwenang Libya tidak mengizinkan wartawan asing memasuki negara itu sejak protes-protes terhadap Gaddafi meletus dan wartawan lokal dilarang pergi ke Benghazi.

Hubungan teleon seluler sering putus dan layanan internet di Libya juga putus, kata satu perusahaan AS yang memantau hubungan internet. Seorang dokter rumah sakit Benghazi mengatakan para korban mengalami luka parah akibat kena tembakan senapan.

Pernyataan-pernyataan di jejaring sosial menyataan seorang pria terkena tembakan rudal anti pesawat. Seorang penduduk Benghazi mengatakan pasukan keamanan mengepung satu kompleks tempat para peembak jita menembaki para pemrotes.

"Sekarang, satu-satunya kehadiran militer di Benghazi adalah di Kompleks Pusat Komando di kota itu, bagan-bagian lain kota itu telah dibebaskan," katanya. "Ribuan orang berkumpul di depan gedung pengadilan Benghazi... Seluruh kantor komite revolusi (pemerintah lokal) telah dibakar," katanya.

Surat kabar swasta Quryna , yang berpusat di Benghazi dan punya hubungan dengan salah seorang dari para putra Gaddafi, mengatakan 24 orang tewas di Benghazi , Jumat. Pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk menghentikan para pemrotes menyerang kantor-kantor polisi dan sebuah pangkalan militer tempat senjata-senjata disimpan. "Tentara terpaksa menggunakan peluru-peluru tajam," kata surat kabar itu.

Kantor berita Italia Ansa yang mengutip saksi mata Italia di Benghazi mengatakan kota itu "sama sekali berada di luar kendali". "Semua gedung perintah dan institusi dan sebuah bank telah dibakar, dan pemrotes menjarah dan menghancurkan segala barang yang mereka temukan. Tidak ada seorang pun di jalan, bahkan juga polisi," kata saksi mata itu yang menolak menyebut namanya.

Pemerintah tidak menyiarkan jumlah korban atau membuat komentar resmi mengenai aksi kekerasan itu. Akasi kekerasan itu sebagaian besar terpusat di sekitar Benghazi, sekitar 1.000 km timur ibu kota Tripoli , di mana pendukung Gaddafi secara tradisi lebih lemah ketimbang di daerah-daerah lain negara itu. Tidak ada tanda jelas mengenai satu pemberontakan luas.

sumber : Antara/ Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement