REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Perang saudara mengancam Libya. Di satu sisi, demonstran menyatakan akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Namun di sisi lain, kubu Gaddafi juga bersumpah akan menumpas "pemberontak" sampai habis peluru terakhir.
Pidato terbaru pemimpin Libya, Moammar Gaddafi, menyiratkan eskalasi kekerasan bakal terus meningkat. "Kau pria dan wanita yang mencintai Gadhafi ... keluar dari rumah Anda dan penuhi jalan-jalan," katanya. "Tinggalkan rumah Anda dan serang mereka di sarang-sarang mereka."
Bunyi tembakan pendukung Gadhafi terdengar di ibu kota Tripoli setelah pidato pemimpin mereka, sedangkan di Benghazi yang sudah dikuasai pengunjuk rasa, orang-orang melemparkan sepatu di sebuah layar yang menyiarkan pidatonya, melampiaskan kebencian mereka.
Massa pendukung Gadhafi di Green Square Tripoli, mengangkat potret dan melambai-lambaikan bendera sambil bergoyang mengikuti musik setelah pidato itu. Warga yang dihubungi oleh The Associated Press mengatakan tidak ada pengunjuk rasa anti-pemerintah berani keluar dari rumah mereka setelah gelap. Sesekali tembakan terdengar di seluruh kota.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyebut pidato Gadhafi sebagai "sangat, sangat mengerikan" . Ia mengatakan, Gaddafi dalam pidatonya menyatakan perang terhadap orang-orangnya sendiri."
Wakil sendiri duta besar Libya di PBB, yang sekarang menyerukan mundurnya Gadhafi, telah mendesak badan dunia untuk menegakkan zona larangan terbang di atas negara itu untuk melindungi demonstran.