Kamis 24 Feb 2011 05:15 WIB

Sejak Zaman VOC, Muslim Tionghoa Sudah Alami Diskriminasi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Muslim Tionghoa/ilustrasi
Muslim Tionghoa/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Semenjak zaman VOC, sebenarnya sudah banyak warga Tionghoa yang memeluk Islam. Bahkan boleh dibilang keberadaan Muslim Tionghoa sangat berperan dalam perkembangan dakwah Islam di Batavia.

Lantaran dianggap membahayakan, penguasa VOC segera memberlakukan aturan yang memisahkan warga Tionghoa dan Muslim Tionghoa dari Bangsa Indonesia. Pemisahan itu berlanjut hingga terjadinya pristiwa pembantaian Tionghoa 1740.

"VOC waktu itu menyebarkan fitnah yang isinya menjelek-jelekan Islam. Menurut VOC, Islam identik dengan kekerasan dan kemiskinan. Fitnah itu menyebabkan pengaruh yang cukup besar," papar pemerhati sejarah Jakarta, Alwi Shahab, awal pekan.

Abah Alwi, demikian sapaan akrabnya, mengatakan pencitraan negatif pemerintah kolonial terhadap Islam mengakibatkan kebencian para keluarga Tionghoa apabila ada anaknya ataupun sanak saudara  yang masuk Islam. "Tidak dipungkiri bahwa banyak keluarga Tionghoa yang mengusir atau bahkan mengucilkan anggota keluarga mereka yang memeluk Islam," papar Abah.

Karena itu, Abah melanjutkan, perjuangan Muslim Tionghoa di masa itu sudah sangat berat. Bahkan boleh dibilang jauh lebih berat ketimbang saudara-saudara mereka dari suku lain yang berasal dari agama lain dan memutuskan masuk Islam. "Saat itu mereka adalah Minoritas yang memeluk agama yang minoritas," papar Abah.

Pendapat senada juga diutarakan Wakil Ketua Yayasan Haji Karim Oei, Ali Karim Oei. Menurutnya, warga Tionghoa di Indonesia sangat bermasalah ketimbang komunitas Tionghoa di negara-negara lainnya semisal Malaysia, Singapura dan Pilipina. "Masalahnya, kalau di Indonesia itu, Tionghoa merupakan minoritas. Sudah minoritas memeluk agama yang dipeluk minoritas Tionghoa. Jadilah, banyak masalah bermunculan," papar Ali.

Contoh lain, kata Ali, masalah tradisi. Muslim Tionghoa acapkali menghadapi benturan dengan tradisi leluhur. Padahal, ungkap Ali, sebagai keturunan Tionghoa tradisi penghormatan terhadap leluhur sangat besar.

Disisi lain, mereka adalah seorang Muslim yang harus menaati ajaran agamanya. "Karena itu, kami di yayasan Karim Oei coba untuk memberikan pengetahuan kepada Muslim Tionghoa ihwal hak dan kewajiban sekaligus identitas sebagai seorang Muslim dan keturunan Tionghoa," ujarnya.

Sebagai informasi, banyak keturunan Tionghoa yang memutuskan memeluk Islam ialah tokoh atau pakar terkemuka. Kelak melalui para tokoh ini, Islam dicitrakan negatif segera berubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement