REPUBLIKA.CO.ID,JERUSALEM--Israel akan membolehkan 300 warga Palestina yang tinggal dan bekerja di Libya untuk masuk ke Tepi Barat dalam beberapa hari mendatang, kata PM Israel Benjamin Netanyahu, Rabu.
"Karena kekerasan sekarang ini di Libya, saya telah menerima permintaan pribadi dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas ... agar Israel membolehkan sejumlah warga Palestina untuk meninggalkan Libya dan memasuki wilayah Palestina ... sehingga Israel akan memungkinkan 300 warga Palestina masuk wilayah Palestina itu," kata Netanyahu.
Orang-orang Palestina yang Israel akan bolehkan masuk ke Tepi Barat itu telah pergi ke Libya dari bekas rumah mereka di Jordania, Suriah dan Lebanon, kata seoran pejabat Palestina, yang secara efektif telah menggolongkan mereka sebagai pengungsi yang melarikan diri atau yang terpaksa meninggalkan rumah mereka pada perang 1948 yang menyebabkan pembentukan Israel.
Hussein al-Sheikh, kepala urusan sipil Pemerintah Otonom iPalestina, menjelaskan orang-orang yang akan datang dari Libya itu akan melakukam perjalanan ke Tepi Barat melalui Jordania.
Netanyahu, yang berbicara bersama dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk yang sedang berkunjung, menyatakan langkah itu dilakukan sebagai sikap kemanusiaan karena warga Palestina itu mendapat ancaman dan karena ada "kekhawatiran akan keselamatan mereka dan hidup mereka juga".
Kantor berita resmi Palestina mengatakan Abbas "menyambut baik keputusan Israel itu, menyampaikan apresiasinya dan menganggap itu sebagai langkah di arah yang benar". Para pejabat Palestina memperkirakan bahwa ada lebih dari 30.000 warga Palestina tinggal dan bekerja di Libya. Abbas telah minta Neyanyahu untuk membolehkan lebih banyak lagi warga Palestina di Libya kembali ke wilayah Palestina.
Netanyahu menyatakan langkah Israel itu merupakan "pertanda keinginan kami akan keramahtamahan yang baik dan ... perdamaian". Pemicaraan damai Israel-Palestina yang diperantarai oleh Amerika Serikat telah terhenti sepenuhnya setelah Palestina menolak kembali ke meja perundingan kecuali Israel memperpanjang moratorium terhadap pembangunan permukimannya di tanah Palestina.
Dalam pidato pada parlemen sebelumnya, Netanya mengatakan pada para anggota dewan bahwa ketidakstabilan regional sekarang ini di Timur Tengah dapat berlangsung selama beberapa tahun.
Masalah pengungsi Palestina merupakan salah satu masalah besar yang akan membutuhkan penyelesaian dalam perjanjian damai Israel-Palestin pada masa depan.
Palestina telah lama meminta agar para pengungsi diperbolehkan kembali, bersama dengan jutaan keturunan mereka. Israel mengatakan setiap permukiman kembali terjadi di luar perbatasannya.
Para perunding Palestina memberikan isyarat mereka akan menerima penyelesaian yang "adil dan disetujui" bagi pengungsi sebagaimana direncanakan dalam resolusi PBB yang menyebutkan kompensasi bagi mereka yang tinggal di tempat lain.