REPUBLIKA.CO.ID, Sedikit demi sedikit Presiden Libya Muammar Ghaddafi ditinggalkan para pengikutnya. Salah satunya, duta besar senior yang dimiliki Libya mengumumkan pengunduran diri. Ia adalah Ihab al-Mismari yang bertugas sebagai duta besar Libya untuk Kanada. Pengunduran diri itu dilakukan tidak lain karena kebijakan Ghaddafi dalam menyikap aksi unjuk rasa yang berujung pada munculnya korban jiwa.
Ihab al-Mismari mengumumkan pengunduran dirinya pada Rabu (23/2) kemarin. Ia mengatakan, keputusannya itu karena upaya Ghaddafi yang memerintahkan kedutaannya untuk menyembunyikan dan mengecilkan pemberitaan terkait penanganan demonstrasi yang terjhadi di tanah airnya.
"Mereka telah membunuh teman-teman saya dimana saya dibesarkan, mereka telah membunuh saudara-saudara saya," ujar al-Mismari.
Sebelumnya beberapa dubes Libya di beberapa negara telah mengundurkan diri, Dubes Libya untuk Indonesia, Duta besar Libya untuk India Ali al-Essawi, duta besar Libya di Cina, Hussein Sadiq al Musrati, juga mengundurkan diri. Wakil tetap Libya dalam Liga Arab juga turut serta.
Dua menteri di kabinet Ghaddafi juga telah mengundurkan diri. Mereka adalah Menteri Kehakiman Libya, Mustafa Abdul Jalil dan Menteri Dalam Negeri, Abdel Fatah Yunes.
Kekerasan dalam menangani aksi unjuk rasa mendapatkan kecaman dari beberapa lembaga internasional, seperti Uni Afrika, Uni Eropa PBB, Organisasi Konferensi Islam dan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Barack Obama mengatakan dalam pidatonya di televisi Rabu (23/2), bahwa pertumpahan darah yang terjadi di Libya sebagai sesuatu yang "keterlaluan dan tidak dapat diterima", karenanya harus segera dihentikan.
Amerika Serikat dan Uni Eropa tengah mencari jalan untuk memberikan sanksi kepada pemerintah Libya guna menekan Muammar Ghaddafi agar tidak menggunakan kekuatan militer dalam menghalau aksi unjuk rasa dan mencari kebebasan sipil yang lebih besar. Sekjen PBB Ban Ki-moon juga menyarankan "sepat dan transisi yang damai" di Libya.
Ia juga mengatakan, sanksi yang berat harus diberikan kepada pemerintah Libya. Badan Dunia telah mengumumkan bahwa akan mengeluarkan larangan terbang ke Libya sejak serangan udara oleh Angkata Udara Libya terhadap para demonstran yang diperkirakan menewaskan sekitar 1000 orang tersebut.
Aparat pemerintah telah kehilangan kekuasaan dia beberapa kota di Libya, terutama di bagian timur negara itu yang dikuasai para demonstran. Wilayah itu berdekatan dengan ibukota Libya, Tripoli.