Kamis 24 Feb 2011 21:32 WIB

Bentrok Demonstran vs Masa Pro-Gaddafi Pecah Lagi

Seorang demonstran Libya membawa senjata, meneriakkan slogan-slogan antipemerintah dan anti-Gaddafi
Foto: AP PHOTO
Seorang demonstran Libya membawa senjata, meneriakkan slogan-slogan antipemerintah dan anti-Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID,  MISRATA - Bentrok terbaru antara pendukung pemimpin Libya, Moammar Gaddafi dan massa anti pemerintah pecah lagi. Pertempuran terjadi pada Kamis, di Misrata,sekitar 200 meter di timur ibu kota, Tripoli. Di kota itu kekuatan anti-pemerintah, Rabu (23/2) mengklaim telang mengambil alih kontrol kota terbesar ketiga negara tersebut.

Sementara pertikaian lain, juga pada Kamis, brlangsung di ibu kota propinsi Zawiya. Tidak jelas apakah timbul korban jiwa pada dua bentrokan tersebut.

Pertempuran terjadi ketika pasukan anti-pemerintah mengonsolidasi kontrol di atas kota kunci di kawasan timur tersebut. Mereka bersumpah akan membebaskan Tripoli.

Tamparan terakhir pemimpin Libya diterima setelah sepupunya, salah satu orang dekat Gaddafi, Ahmed Gadhaf al-Dam, terbang ke Mesir sebagai sikap penolakan terhadap sikap rezim dalam upaya mematahkan protes. Ahmed menyebut rezim telah melakukan kekerasan suram terhadap hak asasi, nilai kemanusiaan dan hukum internasional.

Pemrotes dan pengorganisir massa antipemerintah di ibu kota yang menjadi benteng pertahananan Gaddafi, menyeru reli protes baru pada Kamis dan Jumat, memunculkan potensi konfrontasi baru penuh darah di area tersebut.

Milisi bersenjata dan pendukung Gaddafi--campuran warga Libya dan tentara bayaran dari Afrika--dilaporkan memenuhi Tripoli dan membentuk pertahanan luar kota Tripoli. Agen keamanan dilaporkan mencari dan menangkai orang-orang yang dianggap tidak loyal terhadap rezim.

Sementara para demonstran dan beberapa satuan militer yang memberontak terus mengonsolidsi pertahanan di hampir kawasan timur, setengah dari luas libya di garis pantai sepanjang 1.600 kilomenter. Mereka membentuk pemerintah darurat dan menjaga sejumlah pos pemeriksaan sepanjang jalan-jalan utama.

Total korban tewas mustahil untuk dipastikan. Grup-grup hak asasim manusia mengatakan mereka memperkirakan 300 kematian, meski para saksi mata menyatakan jumlah asli jauh lebih besar. Pada Rabu (23/2), menteri luar negeri Italia, Fransco Frattini, mengatakan lebih dari seribu orang telah terbunuh dalam revolus Libya yang telah berlangsung sepekan itu.

sumber : VOA/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement