Jumat 25 Feb 2011 17:07 WIB

Catatan Mahasiswa Indonesia di Tripoli: Berkeliaran Saksi Mata Bayaran

Bandara Internasional Tripoli disesaki warga asing yang hendak meninggalkan Libya, Kamis (24/2).
Foto: AP
Bandara Internasional Tripoli disesaki warga asing yang hendak meninggalkan Libya, Kamis (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOLI - Gelar Digjaya Muhammad, mahasiswa tingkat tiga Islamic Call College, Tripoli, asal Bandung, mengirimkan surat elektronik kepada Republika Online terkait kondisi terkini di Libya. Mahasiswa yang tinggal di Tripoli itu mengklaim ada 'saksi mata' bayaran yang memiliki tugas khusus menyebar berita bohong tentang kondisi Libya.

Dalam kata pembuka tulisannya, Gelar Digjaya menyebutkan banyak pihak berkonspirasi untuk menjatuhkan pemerintahan Moammar Gaddafi yang selama ini dikenal pantang berkompromi dengan pihak asing. Jadi, pemberitaan tentang Libya banyak sekali yang bias, dramatisasi dan sangat berlebihan.

''Itu poin pertama sebelum saya jelaskan keadaan di Libya, termasuk media-media Arab seperti Al Jazeera dan Al Arabiya. Kebanyakan berita mereka hanya mencatut dari "saksi mata" yang tidak jelas,'' tulisnya. ''Saya melihat 'saksi mata-saksi mata' tersebut adalah jaringan konspirasi yang sudah disiapkan musuh-musuh Gaddafi semenjak jatuhnya rezim Ben Ali Tunisia.''

'Saksi-mata' tersebut membuat pemberitaan di luar negeri tentang Libya menjadi bias. Gaddafi dikabarkan sudah terdesak dan terkepung di rumahnya, padahal esok harinya Gaddafi berpidato di Tripoli. Ada berita pengeboman melalui pesawat, tapi faktanya warga Libya sama sekali tidak pernah mendengar bunyi bom satu pun. Ada berita pembantaian massal dan penembakan membabi buta di Tripoli, namun faktanya tidak ada mayat-mayat bergelimpangan.

''Kesalahan (atau mungkin kebohongan) media-media termasuk media nasional adalah mengandalkan kontributor lapangan "saksi mata" yang tidak jelas siapa mereka, di mana mereka. Dan dengan redaksi yang dibesar-besarkan,'' tulis Gelar Digjaya, yang merupakan Ketua Departemen Kaderisasi KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) Libya. 

Pemerintah Libya, tulis Gelar Digjaya, menengarai berita-berita bohong tersebut disebarkan melalui saksi mata-saksi mata lapangan yang dipersiapkan secara sistematik oleh jabhah wathoniah li inqadz libya (Front Nasional untuk Penyelamatan Libya). Sebuah gerakan oposisi Libya terbesar yang bermarkas di London dan Amerika Serikat.

Gelar Digjaya merupakan Ketua Departemen Kaderisasi KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) Libya. Lewat situs resminya, KKMI melaporkan situasi perkembangan terakhir dari Tripoli. KKMI mengkomparasikan sumber dari media asing, media pemerintah Libya dan situasi di lapangan baik melalui koresponden maupun kesaksian pribadi kawan-kawan mahasiswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement