REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Presiden Filipina Benigno Aquino III Jumat mengatakan, dia akan meninjau kembali larangan perjalanan ke Bahrain. Dalam konferensi jarak jauh, seorang pekerja Filipina di Bahrain mengatakan, bahwa masyarakat Filipina di sana heran bahwa larangan perjalanan termasuk dikenakan terhadap Bahrain. "Kami baik-baik saja berada di sini, Pak. Tidak ada masalah apapun," kata seorang pekerja dari Bahrain.
"Kami hanya peduli dengan keselamatan orang Filipina di sini mengingat perkembangan terakhir di Timur Tengah, tapi saya akan mempelajarinya," jawab presiden. Konferensi jarak jauh dengan tiga pekerja Filipina di luar negeri (masing-masing seorang dari Hong Kong, Bahrain dan Arab Saudi) itu diselenggarakan oleh Otoritas Pekerja Luar Negeri Filipina).
Kegiatan itu adalah bagian dari peringatan tahun ke-25 Revolusi Kekuatan Rakyat (People Power) dan cara pemerintah mendengarkan keluhan-keluhan dan keinginan apa yang mereka namakan 'pahlawan-pahlawan pada era modern'. Departemen Luar Negeri Senin menyerukan warga Filipina untuk menahan diri dari melakukan perjalanan yang tak penting ke Libya, Bahrain dan Yaman.
Deplu juga mengatakan pihaknya sedang mempelajari apakah akan menunda pengirman pekerja Filipina di luar negeri (OFW), terutama di negara-negara bermasalah. Pemerintahan Aquino mempertimbangkan langkah-langkah itu berkaitan dengan kerusuhan baru-baru ini yang menggulingkan rezim-rezim di Tunisia dan Mesir dan kini menyebar ke negara-negara lain di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pada POEA, Presiden meluncurkan penanda sejarah di lokasi di mana mantan Presiden Corazon Aquino menyampaikan pidatonya selama Revolusi EDSA pada 1986. Presiden juga mengunjungi Bursa Kerja dimana 28 agen tenaga kerja berkomitmen untuk menyediakan sekitar 25.000 pekerjaan baik di dalam maupun maupun luar negeri.