Sabtu 26 Feb 2011 15:51 WIB

Sekjen PBB: Pantai Gading di Ambang Perang Saudara

Ban Ki Moon
Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID, ABIDJAN - Sekjen PBB Ban Ki-moon, Jumat (25/2) memperingatkan bahwa Pantai Gading diambang perang saudara sementara pertempuran meningkat antara pendukung dua kelompok yang berseteru menyangkut hasil pemilihan presiden. Polisi yang setia pada Presiden Laurent Gbagbo menuduh misi PBB di negara itu membunuh seorang perwira polisi di kota Daloa, Jumat, kata sebuah pernyataan yang disiarkan televisi publik.

Perwira itu kabarnya ditembak di punggung ketika berusaha merundingkan pembebasan tiga pengunjuk rasa yang "disandera" oleh Operasi PBB di Pantai Gading (ONUCI)," kata seorang juru bicara pasukan Pertahanan dan Keamanan (FDS). Seorang juru bicara PBB membantah keras tuduhan itu.

Para pejuang dari Pasukan Baru (FN), bekas satu kelompok pemberontak yang masih mrnguasai daerah utara negara itu, merebut dua kota di satu daerah yang dikuaai Gbagbo, yang menolak melepaskan jabatannya setelah kalah dalam pemilu November lalu. FN, yang bersekutu dengan presiden yang diakui internasional Alassane Ouattara, menduduki kota Zouan-Gounien dekat perbatasan dengan Liberia serta Bin Houye, lebih jauh ke selatan, kata para saksi mata.

Juga pada hari Jumat, pertempuran meletus di ibu kota politik Yamassoukro, tempat patroli-patroli Pasukan

Pertahanan dan Keamanan (FDS) yang setia pada Gbagbo ditembaki, yang memicu pertempuran selama beberapa jam. Penduduk mengatakan beberapa orang cedera dalam bentrokan senjata itu, tetapi tidak ada informasi yang terinci mengenai korban yang tewas.

"Perkembangan-perkembangan ini merupakan peningkatan konflik yang menyebabkan negara itu semakin dekat pada perang saudara," kata Ban dalam satu pernyataan. Pantai Gading dilanda kerusuhan yang meningkat sejak pemilihan presiden 28 November, yang banyak masyarakat internasional mengakui pemimpin oposisi Ouattara sebagai pemenang. Seorang anggota FDS mengatakan sekolah militer Zambakro di Yamoussoukro berada dalam siaga setelah bentrokan senjata itu.

Yamoussoukro, ibu kota politik yang didirikan "bapak bangsa" negara itu, Felix Houphouet-Boigny, adalah markas besar pusat operasi-operasi FDS. Bentrokan-bentrokan senjata juga terjadi Jumat di satu daerah yang pro Gbagbo ibu kota ekonomi Abidjan di daerah selatan negara itu, di mana para pemuda melawan para pendukung Outtara yang membakar sebuah bus, kata penduduk.

Kelompok-kelompok kecil Patriot Muda yang bersenjatakan pentungan dan batu mencegat minibus-minibus transpor publik yang diduga milik Ouattara memasuki satu lokasi yang tampaknya lengang. Sebagian besar toko tutup. Pemimpin Patriot Muda , Charles Bie Goude mengemukakan pada satu unjuk rasa para pendukungnya, Jumat bahwa mereka harus menyiapkan diri mereka masuk dalam komite-komite lokal untuk melawan Operasi PBB di Pantai Gading (UNOCI).

Tentara PBB yang melindungi Outtara adalah musuh rakyat Pantai Gading, kata pemimpin pemuda itu pada sekitar 3.000 orang yang berkumpul di daerah Yopougon, dan menambahkan akan tetapi "Kita tidak ingin terperangkap perang saudara."

Ban, dalam pernyataannya, mengatakan ia "menyesalkan ancaman-ancaman terbaru kelompok Gbagbo terhadap PBB, termasuk imbauan untuk menghalangi gferakan pasukan PBB di Abidjan yang dimulai hari ini." Pantai Gading terbelah dua sejak akhir 2002, dengan FN menguasai daerah utara dan para pendukung Gbagbo menguasai daerah selatan.

Pemilu November, yang dipantau PBB, bertujuan untuk menyatukan kembali negara yang menghasilkan kakao penting Afrika itu. Tetapi dalam satu pernyataan, Kamis, pemerintah Gbagbo menuduh PBB "bersikap berat sebelah" mendukung Outtara, dengan mengizinkan "pemberontak" dari kelompoknya memasuki beberapa bagian kota Abidjan.

Sementara itu pada Jumat, ribuan orang meninggalkan distrik Abobo yang dalam beberapa hari belakangan ini dilanda aksi kekerasan antara pasukan yang setia pada Gbagbo dan satu milisi bersenjata. Abobo, satu daerah yang pro Ouattara, dianggap penduduk sebagai zona perang dengan gedung-gedung dihantam roket-roket dan kendaraan lapis baja FDS dikerahkan di posisi-posisi strategis.

Sebagai akibat bentrokan itu sekitar 5.000 warga Pantai Gading lari ke Liberia dalam 24 jam belakangan ini, kata Komisaris Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi (UNHCR), Jumat. "Sampai pertengahan pekan lalu sekitar 100 orang melintas perbatasn itu setiap hari. Tetapi dengan bentrokan senjata di Abidjan dan daerah barat negara itu pekan ini pendnduk terus mengungsi," tambahnya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement