REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan bahwa pemimpin Libya Muammar Gaddafi telah kehilangan legitimasinya untuk memerintah dan mendesaknya untuk mengundurkan diri dari kekuasaan segera.
Pernyataan Obama dilakukan setelah melakukan pembicaraan via telepon dengan Angela Merkel, kanselir Jerman. Pernyataan sekaligus menepis kritik bahwa Washington lambat merespons konflik Libya.
"Ketika seorang pemimpin menggunakan kekerasan terhadap orangnya sendiri, maka ia telah kehilangan legitimasi untuk memerintah dan perlu melakukan apa yang benar untuk negaranya dengan meninggalkan (kekuasaan) sekarang," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, meringkas percakapan telepon Obama - Merkel.
"Presiden dan Kanselir berbagi keprihatinan yang mendalam tentang pelanggaran l pemerintah Libya terhadap hak asasi manusia dan melakukan aksi brutal atas rakyatnya."
Gedung Putih sebelumnya telah berhenti menyerukan Gaddafi untuk mundur, mengatakan - seperti di negara lain yang dilanda aksi demonstrasi - bahwa hanya warga Libya lah yang memiliki suara dalam memilih pemimpin mereka.
"Kami selalu mengatakan bahwa masa depan adalah masalah bagi orang-orang Libya untuk memutuskan, dan mereka telah membuat dirinya jelas," kata Menlu AS, Hillary Clinton dalam sebuah pernyataan.
"[Gaddafi] telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya dan ia harus pergi, tanpa pertumpahan darah dan kekerasan lebih lanjut."