REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS - Presiden Hugo Chavez, sekutu kawasan terdekat pemimpin Libya yang sedang diserang Muammar Ghaddafi, Senin (28/2), mengatakan bahwa ia tidak akan mengutuk seorang teman yang dia tidak tahu merupakan seorang pembunuh. Dan Chavez mengulangi peringatannya bahwa Amerika Serikat ingin menyerang Libya untuk mendapatkan minyak.
"Karena semua orang berkeliaran mengatakan Gaddafi adalah pembunuh, apakah Chavez akan mengatakannya?," kata presiden dalam sebuah pertemuan dengan mahasiswa di ibukota. "Yah, saya tidak tahu bahwa itu masalahnya. Dan dari jauh sini, saya tidak. Akan mengutuk dia. Itu akan membuat saya pengecut, dan ia telah teman untuk waktu yang lama."
Departemen Pertahanan AS pada Senin menyatakan menggerakkan angkatan laut dan udaranya ke posisi di dekat Libya, sementara negara-negara Barat mempertimbangkan adanya intervensi militer dan para pejabat membahas kemungkinan pengadaan zona larangan terbang untuk melindungi warga sipil.
"Amerika Serikat telah mengatakan, pihaknya siap untuk menyerang Libya," kata Chavez. "Dan hampir semua negara Eropa telah mengutuk Libya. Apa yang mereka inginkan?, Minyak Libya," tegas Chavez. Kamis lalu, Chavez memuji 'kemerdekaan,' Libya dan mengatakan Kadhafi menghadapi perang saudara di negaranya.
"Hidup Libya dan kemerdekaannya! Gaddafi menghadapi perang saudara!" menurut pemimpin Venezuela itu dalam pesannya di jejaring sosial Twitter, reaksi pertamanya terhadap aksi kerusuhan yang menggoncang Libya sejak 15 Febuari.
Chavez adalah sekutu utama Gaddafi di Amerika Latin. Kedua pemimpin tersebut secara rutin melakukan kecaman publik terhadap "penjajahan" AS dan telah bertukar kunjungan dalam beberapa tahun. Hubungan yang begitu dekat mengakibatkan Gaddafi diisukan melarikan diri ke Caracas, tuduhan tersebut kemudian ditolak.