Selasa 01 Mar 2011 16:32 WIB

Korsel Desak Korut Berunding

Korsel dan Korut
Korsel dan Korut

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Presiden Korea Selatan, Selasa (1/3) mendesak Korea Utara kembali berunding tetapi peluang-peluang itu tipis karena ia tidak melepaskan tuntutannya agar Pyongyang bertanggung jawab atas serangan-serangan tahun lalu. Seruan itu muncul saat ketegangan mulai meningkat kembali di semanjung Korea, yang mendekati perang akhir tahun lalu, dengan Korea Utara (korut) menyatakan kejengkelannya pada latihan militer Korea Selatan (Korsel) dengan Amerika Serikat sekutunya pekan ini dan pengiriman selebaran-selebaran di perbatasan berisikan tentang pemberontakan rakyat di Timur Tengah.

"Kami siap berdialog dengan Korut setiap saat dan dengan pikiran terbuka," kata Lee Myung-bak dalam pidato memperingati ulang tahun pemberontakan anti Jepang tahun 1919. Ia mengulangi satu janji sebelumnya bahwa Korsel ingin membantu tetangganya yang miskin itu. Ketegangan antara dua negara itu mencapai titik tertingginya sejak Perang Korea 1950-1953, setelah Korsel menuduh Korut menenggelamkan sebuah kapal perangnya dan kemudian menembaki satu pulau Korsel.

Pyongyang membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal perang itu dan menuduh Seoul mendorong pihaknya melancarkan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong itu, Korsel. Satu usaha rekonsiliasi bulan lalu tidak menghasilkan apapun setelah perundingan tingkat pejabat rendah militer antara kedua negara mengalami kegagalan.

Korut, yang dalam tahun-tahun belakangan ini tidak dapat menghasilkan pangan untuk memberi makan rakyatnya, telah mencari bantuan internasional bagi pangan. Tetapi para pejabat di Korsel mengatakan pihaknya saat in sedang berusaha meningkatkan cadangan ketimbang memberikan pangan kepada satu negara yang penduduknya kelaparan.

Status internasionalnya yang sulit berarti Korut hanya menyandarkan dirinya pada China, satu-satunya negara besar yang menjadi sekutunya. Satu surat kabar Jepang melaporkan pemimpin Korut mendatang, Kim Kong-un, mungkin akan melakukan kunjungan resmi pertamanya ke China bulan ini.

Putra bungsu pemimpin Kim Jong Il mungkin akan ke Beijing setelah berakhirnya Kongres Nasional Rakyat China 14 Maret untuk berunding dengan Presiden Hu Jintao dan Wakil Presiden Xi Jinping, kata surat kabar Sankei mengutip satu sumber yang dekat dengan kedua pihak. Ia mngkin akan meminta China bantuan ekonomii skala besar dalam lawatannya itu, tambah Sankei.

Tidak banyak diketahui tentang Kim Jong-Iun kecuali ia berusia 20 tahunan dan berpendidikan di Swiss. Ia diangkat memegang posisi-posisi penting militer dan pemerintah tahun lalu, yang menandakan ia dipilih menjadi pengganti ayahnya. Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Korsel mengatakan kunjungan Kim Jong-un ke China mungkin dilakukan karena China mengundang "pemimpin baru" itu untuk melakukan kunjungan pada saat yang tepat. Tetapi Korsel tidak tahu apakah kunjungan itu akan segera dilakukan, kata pejabat tersebut.

sumber : Antara/ Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement