Selasa 01 Mar 2011 16:47 WIB

AS Anggap Gaddafi 'delusional' dan tak Pantas Memimpin

Presiden Libya Muammar Gaddafi
Presiden Libya Muammar Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Moammar Gaddafi dilabeli "delusional" oleh duta besar AS untuk PBB, setelah pemimpin tertinggi Libya itu menertawai saran bahwa ia harus pergi. Sebaliknya, Gaddafi bersikeras meyakini ia masih memiliki dukungan rakyat Libya.

Sikap keras kepala diktator itu keluar setelah kekuatan militer barat mulai digunakan untuk mencegah ia bertindak lebih jauh. AS menempatkan unit pasukan angkatan udara dna lautnya di sekitar negara itu, sementara perdana menteri, David Cameron, juga memerintahkan rencana zona larangan terbang bagi pesawat terbang Libya.

Duta besar AS untuk PBB, Susan Rice juga mengkritik Gaddafi "tidak cocok lagi untuk memimpin" dan "sudah tak berpijak pada realitas". Kritikan dilontarkan setelah pemimpin Libya itu berbicara kepada organisasi media termasuk BBC, mengolok lawan-lawannya.

"Semua rakyat saya mencintai saya. Mereka akan mati untuk melindungi saya," ujarnya. Ia juga tertaa ketika diminta untuk turun. "Seolah-olah setiap orang bakalmeninggalkan tanah airnya," balas Gaddafi seraya menuding barat telah berkhianat dan tidak memiliki moral.

Rice menegaskan bahwa pernyataan Gaddafi bahwa rezimnya tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap rakyatnya adalah 'delusional'. Juga sikapnya, termasuk tertawa di depan kamera saat wawancara sungguh tidak tepat bagi seorang pemimpin.

Sikap Gaddafi dalam wawancara tampaknya adalah cerminan aksi di lapangan di mana militer Libya dilaporkan meluncurkan serangan balasan kepada kota-kota yang dikuasai pemberontak.

Pesawat tempur AU Libya mengebom sebua gudang amunisi di kota dikuasi pemberontak, Ajdabiya, 160 kilometer di selatan Benghazi. Seorang penduduk kepada Associated Press menuturkan terjadi pertempuran di Az Zawiyah, 50 km di barat Tripoli. Televisi Al Arabiya melaporkan sebuah unit tentara dibentuk dari para pendukung loyal Gaddafi, dekat perbatasan Tunisia, Selasa (1/3).

Ketika Barat mulai ikut terlibat merespon krisis di Libya, Cameron menyarankan Inggris mungkin mempertimbangkan mempersenjatai pasukan oposisi Liby jika Tripoli terus menggunakan kekerasan untuk menghantam demonstrasi.

Pejabat juga mengatakan bantuan tentara AS dan Inggris mungkin juga akan diminta untuk melindungi koridor yang mengantarkan bantuan kemanusiaan ke Libya lewat Tunisia dan Mesir. Langkah itu kemungkinan diambil bila skala konflik meningkat hingga mengancam menimbulkan kebangkrutan dan paceklik pasokan makanan bagi rakyat.

Selama interview, Gaddafi menantang Cameron, yang menuduhnya memiliki simpanan di luar negeri, untuk memberi satu bukti kecil saja bahwa ia memang mempunyai uang di Ingris.

Pemimpin Libya itu juga berkerasa bahwa ia tak memiliki posisi resmi yang mengharuskan ia mundur. "Ini masalah kehormatan. Tak ada kaitan dengan kekuasaan atau otoritas." ujarnya. "Di Inggris, siapa yang memiliki kekuasaan, apakah Ratu Elizabeth ataukah si David Cameron?" tanyanya.

Selama wawancara, yang dilakukan di sebuah restoran di Tripoli dengan latar sebuah pelabuhan di pantai Mediternaia, ia terlihat menyangkal keberadaan kekuatan pemberontak yang melawan kepemimpinannya selama 41 tahun, yang telah mengakhiri kendalinya atas kawasan Timur Libya dan kini juga kian mendekat ke Tripoli.

Berkata dengan bahasa campuran Arab dan Inggris, ia berulang kali mengklaim bahwa Al Qaidah berada dibalik pemberontakan dan tetap menyatakan bahwa kaum muda yang terlibat dibawah pengaruh obat dan kini mereka mulai berangsur-angsur kembali pulih.

Menyoal Amerika, Gaddafi menyebut  Barack Obama sebagai "orang baik" namun ia menyebut Obama terlihat salah mendapat informasi tentang situasi di Libya. "Pernyataan yang saya dengar darinya (Obama) pasti datang dari orang lain," ujar Gaddafi. "Amerika bukanlah polisi internsional dunia."

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement