REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Dua kapal perang AS yang membawa marinir dan peralatan memasuki Laut Tengah, Rabu, dalam perjalanan menuju Libya, kata Otoritas Terusan Suez, ketika Barat sedang mempertimbangkan opsi militer di negara itu. "Kapal USS Kearsage dan USS Ponce telah memasuki Laut Tengah," kata pihak berwenang itu dalam sebuah pernyataan.
Kapal ampibi Kearsage, yang membawa sekitar 800 marinir, sebuah armada helikopter dan fasilitas medis, bisa membantu upaya kemanusiaan dan juga melakukan operasi militer. "Secara pasti kami menggerakkan aset kami semakin dekat (ke Libya)," kata seorang pejabat pertahanan AS kepada AFP di Washington, Selasa.
"Sebuah kapal seperti Kearsage bisa melakukan beragam misi," tambahnya. Negara-negara Barat kini sedang berdebat mengenai apakah akan memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya untuk membantu pemberontak yang memerangi pemerintah Moamer Kadhafi. Sejumlah tokoh oposisi di Libya telah meminta serangan udara Barat.
Namun, Kadhafi memperingatkan dalam pidatonya Rabu, "ribuan" orang akan tewas jika Barat campur tangan untuk membantu pemberontak yang berusaha menjatuhkannya. Sebuah kapal induk AS, USS Enterprise, yang membawa jet-jet tempur yang mampu menegakkan zona larangan terbang, juga bisa dikerahkan untuk krisis Libya.
Kapal induk itu kini berada di wilayah utara Laut Merah, menurut situs berita Angkatan Laut AS. Rabu, Liga Hak Asasi Manusia Libya mengatakan, sedikitnya 6.000 orang tewas sejak pemberontakan terhadap pemerintahan Moamer Kadhafi meletus dua pekan lalu.
Hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi sejak pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Meski demikian, Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa. Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.