Kamis 03 Mar 2011 16:25 WIB

Negara-Negara Kaya Bantu Evakuasi Massa Meninggalkan Libya

Warga Jordania yang dievakuasi dari Libya tiba di Aman, Senin (21/1).
Foto: AP
Warga Jordania yang dievakuasi dari Libya tiba di Aman, Senin (21/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Eropa dan Amerika Serikat, Rabu (2/3), mengirimkan pesawat, kapal dan dana untuk membantu upaya evakuasi besar-besaran di perbatasan Tunisia dan Libya. Pengerahan itu sebagai jawabab permintaan PBB untuk membantu ribuan orang pulang meninggalkan aksi kekerasan di Libya.

Sebagian besar dari ribuan orang yang berada di perbatasan adalah para pekerja migran laki-laki, sekitar 85 persen berasal dari Mesir, sementara pengungsi yang lain berasal dari Bangladesh, China dan Vietnam. "Mereka berada di luar ruangan dalam cuaca dingin yang membeku, di bawah hujan, dan banyak dari mereka yang telah menghabiskan tiga atau empat malam di luar," kata Sybella Wilkes, seorang juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

"Banyak orang-orang yang ingin menyeberang. Setiap situasi kerumunan dapat menjadi potensi bahaya. Beberapa orang datang dengan kelelahan dan luka ringan sebagai akibat berdesakan dalam kerumunan itu," kata juru bicara tersebut.

Dengan "ribuan orang" masih menunggu untuk menyeberang, juru bicara itu juga menekankan "tidak dianjurkan bagi siapa saja untuk mendekati perbatasan itu. "Meskipun para pekerja migran kuat dan mampu bertahan, kami benci berpikir bahwa ada perempuan dan anak-anak yang berada di cuaca dingin dan harus menunggu di tengah kerumunan itu," katanya.

UNHCR telah mendirikan sebuah tenda transit sementara besar bagi mereka yang telah menyeberang dari Libya. Namun mereka menghadapi masalah berikut, yakni terjebak menunggu transportasi selanjutnya yang akan mengantar mereka pulang ke rumah.

Tempat penampungan itu mampu menampung hingga 10 ribu orang, kata badan tersebut. Tapi ia menekankan bahwa tenda yang dimaksudkan ditujukan sebagai tempat transit darurat, sehingga "puluhan, dan bahkan ratusan pesawat" sangat dibutuhkan untuk membantu menyeberangkan orang-orang itu kembali ke negaranya.

Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan bahwa seorang pekerja migran, Senin, melaporkan bahwa dua orang warga Afrika tewas ketika meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan.

Di hadapan Dewan HAM PBB, Rabu, wakil Komisaris Tinggi UNHCR, Janet Lim menyerukan aksi bersama dari masyarakat internasional. Sekalipun Tunisia dan Mesir akan terus membuka perbatasan mereka untuk evakuasi, ujarnya, mereka tetap "memerlukan bantuan mendesak.

Kedua negara baru saja mengalami pergolakan internal. "Akibat proses itu kondisi mereka kini masih rapuh," jelasnya.

Sebagai tanggapan, Italia, Prancis, Inggris dan Uni Eropa mengirim pesawat, kapal dan dana bantuan untuk membantu membawa pulang para pekerja migran. Amerika Serikat, Senin, mengatakan bahwa dua tim kemanusiaan sedang dikirim ke perbatasan Tunisia dan Mesir.

Sumber dari pemerintah Italia mengatakan ini adalah "kewajiban moral dan kemanusiaan" untuk membantu para pekerja migran yang putus asa kembali ke rumahnya.

Ia juga menambahkan "membantu mereka di lokasi kejadian juga merupakan cara terbaik dan upaya serius menangani risiko muncul gelombang besar imigrasi" dari Afrika utara ke Eropa, tambah sumber itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement