Kamis 03 Mar 2011 19:35 WIB

Karena Kurang Lapangan Kerja, Banyak Pemuda Jepang Bunuh Diri

bunuh diri (ilustrasi)
Foto: jawaban
bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO - Jumlah warga Jepang berusia 20-an tahun yang bunuh diri karena gagal mendapat pekerjaan meningkat seperempat pada 2010. Meski, jumlah keseluruhan pelaku bunuh diri berkurang dalam sembilan tahun.

Statistik kepolisian yang diumumkan pada Kamis (3/3) menunjukkan 153 orang berusia 20-29 tahun bunuh diri pada 2010. Mereka memilih mengakhiri hidupnya karena gagal menemukan pekerjaan. Kelompok umur tersebut merupakan sepertiga bagian dari keseluruhan kasus bunuh diri di Jepang.

Kelesuan ekonomi Jepang dengan adanya krisis finansial global tiga tahun lalu membebani kaum muda yang berusaha mencari pekerjaan. Beberapa perusahaan memilih untuk mempekerjakan karyawan yang berpengalaman dibanding sarjana baru.

Di antara para lulusan universitas yang lulus pada 2010 lalu, sebanyak 60 persen mendapatkan pekerjaan. Pada tahun sebelumnya, sebanyak 68 persen sarjana baru berhasil memperoleh pekerjaan.

Jumlah kasus bunuh diri di Jepang turun 3,5 persen pada 2010 dengan angka di bawah 32.000 untuk pertama kalia dalam sembilan tahun. Namun, Jepang masih menjadi negara dengan angka bunuh diri tertinggi di antara negara-negara industri yaitu 24,9 per 100.000 orang.

Perdana Menteri Naoto Kan mengatakan bahwa pemerintah berusaha untuk mengurangi jumlah angka kematian tersebut menjadi di bawah 30.000 pada 2011. Pemerintah telah menetapkan Maret sebagai bulan untuk fokus pada pencegahan bunuh diri.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement