REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS - Gejolak politik yang terjadi, seiring didesaknya Muammar Gaddafi mundur, membuat kondisi dalam negeri Libya menjadi tidak menentu. Organisasi Pengungsi PBB UNHCR di Jenewa melaporkan, lebih dari 180.000 orang di Libya mengungsi sejak pecahnya krisis di negara tersebut.
Sekitar 80.000 orang mengungsi ke Mesir. Sejauh ini, Tunesia hanya mengizinkan tiga ribu warga Libya di wilayah mereka. Ribuan orang mengungsi di sekitar perbatasan di wilayah Libya. Rabu lalu, bantuan sebesar 3 juta dinaikkan menjadi sepuluh juta euro. Sekarang dana bantuan ditambah 20 juta euro. Tidak hanya itu, berbagai kebutuhan bahan pokok pun diperkirakan bakal menipis dalam waktu mendatang.
Karena itu, Uni Eropa menggelontorkan dana sebesar 30 juta euro untuk membantu para pengungsi Libya. Demikian komisaris Eropa Kristalina Georgieva bagi bantuan kemanusiaan di Tunisia.
Georgieva berada di wilayah perbatasan antara Libya dan Tunisia untuk bisa memantau situasi mengenai banjir pengungsi dari Libya. Ini merupakan kedua kalinya Uni Eropa meningkatkan bantuan darurat bagi wilayah yang sedang dilanda krisis tersebut.
Negara-negara barat dan negara-negara kaya di Asia mengevakuasi warga mereka dengan kapal terbang ataupun lewat laut. Namun banyak juga warga asing yang kurang beruntung. Rabu kemarin saja sekitar 7500 warga Bangledesh tiba di perbatasan antara Libia dengnan Tunesia. Namun mereka masih belum diiijinkan menyebrangi perbatasan.