Senin 07 Mar 2011 11:52 WIB

Cina Berang Penjualan Senjata AS ke Taiwan Marak

Bendera Cina
Bendera Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, Senin (7/3) menegaskan bahwa pihaknya menentang tegas penjualan senjata Amerika Serikat kepada Taiwan. "Kami mendesak Amerika Serikat untuk secara ketat mematuhi prinsip-prinsip dan semangat dari tiga komunike bersama China-AS dan Pernyataan Bersama China-AS," kata Yang kepada wartawan.

Dia menyerukan AS untuk menghentikan penjualan senjata kepada Taiwan. AS harus "mengambil tindakan nyata untuk mendukung pengembangan damai hubungan lintas-Selat", katanya.

Dia mencatat bahwa tindakan itu penting dalam menegakkan kepentingan keseluruhan hubungan China-AS. Yang mengatakan bahwa sekarang adalah "atmosfer yang baik" bagi hubungan China-AS, tapi ada "suatu realitas objektif bahwa China dan Amerika Serikat memiliki beberapa perbedaan atau bahkan friksi atas beberapa masalah."

"Tapi yang penting adalah untuk benar-benar menangani perbedaan-perbedaan atas dasar saling menghormati," katanya. Dalam pemberitaan sebelumnya, Taiwan tidak akan turut dalam perlombaan persenjataan dengan China, tetapi akan fokus pada mengoptimalkan penggunaan anggaran pertahanan, kata Kementerian Pertahanan Nasional pada Jumat dalam menanggapi peningkatan anggaran belanja militer Beijing hingga dobel digit pada 2011.

Kongres Rakyat Nasional di China memutuskan untuk menempatkan pengeluaran pertahanan pada 2011 sekitar 601,1 miliar yuan, atau meningkat 12,7

persen dari anggaran 2010. China telah menaikkan anggaran militer hingga dua digit dalam beberapa tahun terakhir.

Hal tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi China yang kuat, dan menyebabkan kewaspadaan di antara banyak negara, kata kementerian

pertahanan. Kebijakan Taiwan dipersiapkan terhadap mempertahankan keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan dan mencegah peperangan, kata kementerian pertahanan.

 Dia menambahkan bahwa pihaknya akan memanfaatkan sepenuhnya anggaran militer untuk menjaga keamanan Taiwan.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement