REPUBLIKA.CO.ID,PARIS - Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, menuduh Prancis ikut campur tangan dalam urusan dalam negerinya. Gaddafi juga mengecam Al Qaida atas pemberontakan terhadap rezimnya. Demikian pernyataan Gaddafi dalam satu wawancara yang ditayangkan oleh Televisi France24 pada Senin (7/3).
Ketika ditanya apakah Prancis mendukung Dewan Nasional yang merupakan embrio pemerintah sementara yang dibentuk oleh pemberontak di kota kedua terbesar Benghazi, Gaddafi mengatakan,''Itu membuat orang tertawa. Ini campur tangan dalam urusan internal. Dan bagaimana jika kita ikut campur dalam urusan Corsica atau Sardinia?.''
Gaddafi mengaku ada plot di Libya dengan membangkitkan kehadiran para garis keras bersenjata dan "sel-sel tidur" Al Qaida. "Kami adalah mitra dalam perang melawan terorisme," tambahnya.
Pada Ahad (6/3), Prancis memuji pembentukan Dewan Nasional oleh para pemimpin pemberontak bersenjata terhadap Gaddafi. Dalam satu pernyataan kementerian luar negerinya, Prancis menyatakan mendukung tujuan pembentukan Dewan Nasional.
Dewan Nasional Sabtu (5/3) lalu bertemu di Benghazi, Libya Timur, yang merupakan wilayah yang dikuasai pemberontak. Dewan ini menyatakan sebagai badan perwakilan tunggal untuk semua bangsa Libya, meskipun Gaddafi terus menguasai ibu kota dan sebagian besar wilayah Barat.
"Mereka yang menyimpan senjata di Benghazi adalah Al Qaida. Mereka tidak memiliki klaim ekonomi atau politik,'' tukas Gaddafi. ''Mereka adalah apa yang Anda sebut AQIM (Al Qaida di Islam Magribi).''
AQIM mengacu pada cabang Al Qaida Afrika Utara. Gaddafi mengatakan Dewan Nasional di Benghazi itu berlayar pada gelombang Islamisme. ''Jika para teroris itu menang, mereka tidak percaya pada demokrasi,"
tandasnya.