REPUBLIKA.CO.ID, Sejak revolusi bergulir di Libya pada 17 Februari lalu, perempuan nomor satu di negara itu, yang tidak lain istri Muammar Gaddafi, Safia Farkash tidak pernah menjadi sorotan media seperti ibu negara di Tunisia dan Mesir, meskipun ia terkenal dengan kekayaannya dan pengaruhnya yang besar.
Safia Farkash juga memiliki perusahaan di bidang penerbangan yang maskapainya dinamai Buraq Air yang bermarkas di bandara Internasional Mittiga, Tripoli, Libya. Farkash menjalankan perusahaannya atas persetujuan dari suaminya, meskipun persaingan di perusahaan penerbangan Libya begitu ketat, tapi ia dapat memonopoli kunjungan wisatawan luar negeri ke Libya.
Ada beberapa laporan terkait kekayaannya tersebut, tapi salah satu laporan kekayaaan istri pertama Gaddafi itu, yang juga telah diketahui publik, adalah ditangannya saat ini telah tergenggam 20 ton emas. Berita kekayaan Farkash ini mencuat setelah bocornya dokumen Wikileaks menyatakan bahwa Gaddafi adalah kepala keluarga kuat dan kaya, tetapi dibagi dan disfungsional.
Menurut WikiLeaks, secara umum karakter Farkash sangatlah sederhana. Dia kerap bertamasya ke luar negeri dengan menyewa sebuah pesawat dan diantar dengan iring-iringan mobil saat menuju bandara. Bahkan pesta cukup sederhana diadakan di resor Bab Al-Azizia, markas Gaddafi, untuk merayakan ulang tahun revolusi 1969.
Selama krisis Lockerbie, koalisi internasional terhadap penjahat perang (ICAWC), yang berbasis di Perancis, mengungkapkan pada 1992 bahwa kekayaan Gaddafi mencapai 80 juta dolar AS, sementara istrinya diperkirakan sebesar 30 juta.
Safia Farkash al-Baraasi adalah istri kedua pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Ia dilahirkan di kota al-Baida di Libya timur dan berasal dari suku al-Baraaesa. Mereka harus mengenal satu sama lain ketika ia bekerja sebagai perawat. Farkas sempat diopname karena usus buntu pada 1971.
Mereka menikah pada tahun yang sama dan memiliki tujuh anak, enam laki-laki dan anak perempuan hanya Aisha. Selama tahun-tahun pertama pernikahan mereka, Farkash jarang tampil di media, tapi dalam beberapa tahun terakhir ia terlibat dalam kegiatan sosial, seperti mengambil bagian dalam perayaan revolusi 1969 yang membawanya ke kekuasaan. Selain itu, ia juga menghadiri wisuda siswa polisi perempuan pada 2010.
Pada 2008, Farkash terpilih menjadi wakil presiden pada Organisasi Ibu Afrika dalam pertemuan para pemimpin Uni Afrika di Mesir kota Laut Merah Sharm al-Sheikh, Mesir. Meskipun ia tidak hadir pada pertemuan itu dan tidak pernah ambil bagian dalam kegiatan yang terkait dengannya.
Beberapa website melaporkan bahwa Farkash dan Beberapa website melaporkan bahwa Farkash dan putrinya Aisha mendarat di Jerman pada 20 Februari, tiga hari pecahnya revolusi di Libya. Namun tidak ada yang menyangkal ataupun mengkonfirmasi atas berita tersebut.