Rabu 09 Mar 2011 09:58 WIB

Ekspedisi Freedom Flotila II ke Gaza Dimulai, Aktivis tak Takut Israel

Freedom Flotila
Freedom Flotila

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM--Lima belas kapal yang mengangkut obat-obatan, bahan bangunan, makanan, dan aktivis akan menuju Gaza Mei nanti. Jumlah ini berarti dua kali lipat dari jumlah kapal tahun lalu yang berupaya mencapai Jalur Gaza. Tahun ini, cabang Belanda dari koalisi internasional Freedom Flotilla, berharap akan ambil bagian dengan kapal sendiri.

Sekitar separuh uang yang dimaksudkan bagi kapal Belanda sementara ini sudah masuk. Biaya seluruhnya mencapai seratus ribu euro, kata Benji de Levie dari Freedom Flotilla cabang Belanda.

Bersama dengan rekan-rekan dari Amerika Serikat, Prancis, Turki, dan negara-negara lain, para aktivis Belanda menggelar jumpa pers Senin (07/03) di Amsterdam. Mereka hendak menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidaklah gentar menghadapi drama yang terjadi Mei tahun lalu sekitar insiden Freedom Flotilla.

Pada waktu itu armada enam kapal bantuan disergap oleh angkatan laut Israel. Sebanyak sembilan aktivis tewas dan lebih dari lima puluh luka-luka. Israel memutuskan aksi itu untuk memastikan tidak ada senjata yang diangkut ke wilayah Gaza yang dikuasai oleh gerakan radikal Hamas.

Bukan saja armada kali ini lebih besar, seribu aktivis yang ikut berlayar kali ini juga tidak akan dikejutkan lagi oleh kemungkinan aksi Israel. Mereka semua telah dibekali kursus melakukan perlawanan tanpa kekerasan, demikian kata De Levie.

Mengenai pentingnya pengiriman bantuan ini tidak bisa diganggu gugat lagi, demikian koalisi internasional. Walaupun Israel, atas tekanan internasional, telah mencabut sebagian blokade tapi ini masih jauh dari memadai. "Masih kurang dari 30 persen dari seluruh kebutuhan dua juta warga Palestina untuk bisa bertahan hidup," demikian tambah Ann Wright, anggota koalisi asal Amerika.

Ronny Naftaniël dari Pusat Informasi dan Dokumentasi Israel berpendapat aksi seperti itu sama sekali tidak perlu. "Orang-orang itu bisa menggunakan waktu mereka lebih baik dengan membantu orang-orang di dunia Arab yang saat ini lagi butuh bantuan. Misalnya saja ribuan pengungsi asal Libia. Sejak revolusi di Mesir, perbatasan dengan Gaza dibuka kembali dan warga Palestina bisa memenuhi kebutuhannya dari Mesir."

Israel sebelum ini telah mencabut sebagian penting blokade perbatasan. Makanan dan obat-obatan sudah bisa masuk kembali ke Gaza sejak beberapa waktu. Jadi Freedom Flotilla ini hanyalah aksi politik yang tidak memiliki dasar sama sekali, kata Naftaniël.

Ann Wright, anggota koalisi asal Amerika, dulunya adalah seorang kolonel tentara dan diplomat. Tahun lalu ia juga ambil bagian dalam armada kapal yang tidak pernah mencapai tujuannya itu. Menurutnya sangat penting bahwa tahun ini juga sebuah kapal Amerika turut serta.

Kapal bernama The Audacity of Hope (Berani Berharap), juga mewakili harapannya bahwa pemerintah Amerika mengakhiri dukungan penuhnya terhadap Israel: "Sehingga kita bisa mengubah kebijakan pemerintah Amerika yang selalu melindungi Israel apapun kejahatan yang dilakukannya. Kami memiliki keberanian untuk berharap bahwa kami mampu melakukannya."

Armada kapal ini akan berangkat pertengahan Mei dari Yunani. Apabila cabang Belanda tidak berhasil menggalang dana yang dibutuhkan, maka para aktivis akan ikut dengan kapal-kapal lainnya.

sumber : RNW
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement