Kamis 10 Mar 2011 14:23 WIB

Gaddafi yang Takut Tua dan Takut Mati Selama 'Facelift'

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi
Pemimpin Libya Muammar Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi para loyalis dan orang-orang di sekitarnya, Muammar Gaddafi adalah seorang pemberani, pemberontak dan kharismatik. Daya pikatnya, tidak hanya 'menyihir' warga di dalam negeri Libya, tetapi juga masyarkaat internasional.

Namun, siapa sangka di balik kharisma pemimpin yang telah memegang kekuasaan di Libya selama 41 tahun ini juga manusia biasa, yang takut mati. Satu lagi yang juga tidak diketahui publik adalah Gadddafi juga takut dirinya menginjak senja alias tua dan uzur.

Kesaksian dua ahli bedah asal Brasil-lah yang menegaskan hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa Muammar Gadhafi merasa begitu takut mati saat ia menolak untuk menyelesaikan anestesi selama operasi plastik pada 1994, dilaporkan Times of London.

Dalam laporannya, edisi Kamis, ahli bedah Liacyr Ribeiro dan Fabio Naccache menjelaskan bagaimana mereka merahasiakan kedatangannya ke Libya pada 1994 lalu untuk melakukan operasi muka dan rambutnya pemimpin Libya itu. Mereka menjelaskan Gaddafi adalah orang yang 'sia-sia dan paranoid' selama proses operasi dilakukan.

Ini yang disampaikan para dokter kepada The Times of London:

"Ia (Gadddafi) ingin terlihat lebih muda, karena ia berpikir kalau dirinya bertambah tua," ujar Naccache. "Ia memiliki rambut yang bagus dikepalanya, tetapi beberapa terlihat botak, dan saya merapihkannya," tambahnya.

Gaddafi mengatakan kepada para dokter bahwa ia ingin terlihat seperti dia lakukan ketika berumur 28 tahun. "Ia tidak ingin pria muda melihatnya seperti pria yang tua," tutur sang dokter.

Gadhafi bertanya selama peremajaan empat jam hanya bius lokal yang diberikan sehingga dirinya bisa melakukan komunikasi. Ia bahkan menghentikan operasi agar dirinya dan juga para dokter bisa istirahat untuk makan burger atau minum-minuman ringan.

Para dokter tinggal di Libya selama tiga hari untuk memastikan apakah pascaoperasi Gaddafi baik-baik saja, sekaligus melihat perkembangannya. Salah satu dokter mengatakan dirinya takut akan hidupnya setelah menyeberang ke Tunisia.

Kemudian, mereka menerima amplop diisi dengan uang tunai, Times melaporkan. Ribeiro, yang juga bekerja di Napoli, menolak untuk mengkonfirmasi laporan bahwa Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi adalah salah satu diantara pelanggannya.

sumber : msnbc.msn.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement