REPUBLIKA.CO.ID,KOTA GAZA--Pemimpin Hamas Ismail Haniya merombak kabinetnya yang bermarkas di Gaza, Kamis, dengan mengangkat seorang menteri wanita untuk yang pertama kali. Dalam perombakan itu, yang diumumkan gerakan Islamis tersebut dalam sebuah pernyataan, kabinet dengan 15 anggota tidak banyak berubah dan tidak melibatkan anggota dari kelompok politik lain ke dalam pemerintah.
Baru pertama kali ini Hamas membentuk kementerian urusan nasional dan kementerian urusan wanita, yang dipimpin oleh Jamila al-Shanti, menteri wanita pertama yang diangkat oleh kelompok garis keras Palestina yang menguasai Gaza itu. Perombakan itu juga mencakup Mohammed Awad, yang diangkat sebagai menteri luar negeri, dan ini merupakan yang pertama kali pos itu diisi sejak 2007 ketika Hamas berkuasa.
Pemerintah Hamas tidak diakui oleh banyak pihak di luar wilayah kantung pesisir itu, dan kekuasaannya hanya terbatas di Jalur Gaza. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Sejumlah babak perundingan rekonsiliasi antara kedua pihak gagal mencapai kesepakatan mengenai pembentukan pemerintah persatuan.
Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir empat tahun lalu.
Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza hampir dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut. Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza.
Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu. Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.