REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Sejumlah gedung terbakar akibat gempa hebat -- diikuti tsunami -- yang melanda Jepang. Di Prefektur Miyagi Jepang timur laut itu, kebakaran terjadi di sebuah gedung turbin pembangkit listrik tenaga nuklir. Asap keluar dari gedung, yang terpisah dari reaktor pabrik. Penyebab kebakaran dalam penyelidikan, kata pernyataan resmi Tohoku Electric Power Co, perusahaan yang mengoperasikan reaktor itu.
Tidak ada laporan kebocoran radioaktif atau cidera, kata perusahaan itu. PLTN di beberapa tempat lain di sepanjang pantai sebagian ditutup, menyusul laporan kebakaran itu. Dampak radiasi masih terus dipantau.
Survei Geologi AS mengatakan gempa sore itu berkekuatan 8,9 SR. Ini adalah gempa terbesar di jeang sejak akhir tahun 1800.
Sebuah peringatan tsunami diperpanjang ke sejumlah negara di Pasifik, Asia Tenggara dan Amerika Latin, termasuk Rusia, Indonesia, Selandia Baru dan Chile. Di Filipina, pihak berwenang mengatakan mereka mengharapkan tsunami (1-meter) 3-kaki tinggi.
Gempa berpusat pada kedalaman enam mil (10 kilometer), sekitar 80 mil (125 kilometer) di lepas pantai timur, kata otoritas berwenang Jepang. Daerah ini terletak 380 kilometer timur laut Tokyo.
Di Tokyo pusat kota, bangunan-bangunan besar bergetar keras dan pekerja berhamburan ke jalan menyelamatkan diri. Tayangan televisi menunjukkan banyak bangunan besar terbakar di distrik Odaiba Tokyo.
Di Tokyo pusat, kereta api dihentikan dan penumpang berjalan sepanjang rel melanjutkan perjalanan mereka. NHK mengatakan lebih dari 4 juta bangunan akan tanpa listrik malam ini di Tokyo dan sekitarnya.
Sejumlah besar orang menunggu di stasiun Shinjuku Tokyo, stasiun kereta api tersibuk di dunia, untuk bisa pulang ke rumah masing-masing.
Hiroshi Sato, manajemen bencana resmi di Prefektur Iwate utara, mengatakan para pejabat sedang mengalami kesulitan mendapatkan gambaran keseluruhan dari bencana itu. "Kita bahkan tidak mengetahui tingkat kerusakan. Jalan rusak parah dan dipotong hanyut puing-puing tsunami, mobil dan banyak hal lainnya," katanya.