REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Anggota DPR, Nurhayati Assegaf, mengatakan pelajaran yang diambil dari gempa bumi disusul tsunami yang melanda Jepang pada Jumat (11/3) adalah agar Indonesia memberikan pendidikan dan kesiapan bagi masyarakat dalam menghadapi bencana yang bisa didapat dari Jepang.
"Pelajaran yang bisa kita ambil adalah kesiapan dan pendidikan yang mereka berikan kepada masyarakat dalam menghadapi gempa sehingga meminimalisasikan korban jiwa," kata anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi itu melalui pesan singkat kepada Antara di Jakarta, Sabtu (12/3).
Dengan pendidikan dan kesiapan mengenai bencana, tidak banyak korban jiwa yang meninggal. Saat ini dilaporkan lebih dari 600 orang meninggal akibat gempa Jepang. Negeri Sakura itu negara yang paling sering mengalami gempa bumi dan sudah berpengalaman dengan tsunami. Mereka terus secara rutin melakukan pelatihan mengatasi bencana.
Situasinya berbeda dengan gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 yang menelan korban jiwa lebih dari 200 ribu jiwa. Gempa bumi di Jepang berkekuatan 8,9 skala Richter (SR) disusul tsunami setinggi 10 meter menerjang pesisir timur laut Jepang. Sedangkan di Indonesia, guncangan gempa tercatat 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, Aceh Barat).
Di samping itu, kesigapan aparat dalam menangani bencana di Jepang juga perlu dicontoh sehingga masyarakat dapat segera bangkit untuk beraktifitas dan mengambil inisiatif mengungsi. "Jepang bisa mengantisipasi gempa, tapi mereka porak-poranda akibat tsunami," tambah anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat itu.