REPUBLIKA.CO.ID,SENDAI-Kesusahan yang kini dialami tak pernah terbayangkan oleh masyarakat Jepang yang sebelumnya tak pernah ‘menderita’ sejak Perang Dunia II. Di banyak wilayah, tak ada air bersih, tak ada listrik, dan masyarakat harus mengantre empat hingga enam jam untuk mendapatkan BBM. Orang-orang melawan lapar dengan mie instan, sementara rumah, harta-benda, dan keluarga mereka hilang.
“Kami tak mengira ini bisa terjadi. Warga bertahan dengan air dan makanan yang sedikit. Bantuan tak ada yang datang,” kata Hajime Sato, seorang pejabat pemerintah di Perfektur Iwate, satu dari tiga perfektur terparah akibat bencana. “Kami terus meminta bantuan pemerintah, tapi pemerintah kewalahan,” katanya kepada AP. “Kami hanya mendapatkan sepuluh persen dari bantuan yang kami minta. Tapi kami mencoba bersabar.”
Ia mengatakan pemerintah setempat kehabisan kantong mayat dan peti mati. “Kami meminta semua rumah jenazah di seluruh Jepang untuk mengirimkan peti mati dan kantung mayat. Tapi, tetap saja kekurangan."
“Saya putus asa,” kata Hajime Watanabe (38), yang mengantre terdepan di sebuah SPBU yang tutup di Sendai. Seorang petugas penyelamat menghampirinya dan mengatakan jika pun SPBU dibuka, maka BBM hanya akan dialokasikan kepada tim penyelamat dan petugas pemerintah yang memilikii tugas vital.
“Saya tak pernah membayangkan kami akan berada dalam situasi ini,” kata Watanabe. “Saya punya kehidupan enak sebelumnya. Kini kami tak punya apa pun. Tak ada gas, tak ada listrik, tak ada air.”
Ia mengatakan dirinya dan keluarganya bertahan hanya dengan 60 botol air berukuran setengah liter yang sengaja disimpan untuk keadaan darurat seperti ini. “Kami berjalan dua jam untuk menemukan minimarket yang buka, dan harus mengantre untuk membeli mie ramen instan.”