REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO - Jepang Senin (14/3) ini agak berbeda. Meski aktivitas warga Tokyo sudah berangsur kembali normal, tetapi sejumlah fasilitas publik belum sepenuhnya berfungsi. Seperti yang terjadi pada kereta di Jepang.
Desi Indryati, WNI yang berada di Tokyo, mengatakan harus bersusah payah mendapatkan tempat di dalam kereta pada pagi hari. Sebab, antriannya lebih panjang dan penumpang sedikit terlantar.
“Jumlah kereta sedikit, sedangkan jumlah oragnya banyak. Alhasil orang-orang jadi gila demi bisa naik kereta,” katanya kepada Republika melalui jejaring sosial Facebook pada Senin (14/3).
Ia beranggapan gempa pada Jumat, (11/3) lalu tidak ada apa-apanya dibandingkan mempertahankan hidup waktu menaiki kereta hari ini. “Keluar kereta, kaki saya jadi pincang dan sesak nafas,” katanya sambil memaki.
Menurutnya, warga Jepang di Tokyo sudah banyak yang beraktivitas seperti biasa. Bahkan, mereka sudah beraktivitas sehari setelah gempa terjadi.
Rae Prasetya Ningsih, WNI di Tokyo, mengeluhkan bahan makanan yang menipis. “Gimana mau survive kalau supplier dari luar Tokyo belum datang-datang juga?” katanya.
Menurutnya, meski kebanyakan orang Jepang bilang baik-baik saja, tetapi ia beranggapan sebenarnya mereka ketakutan setengah mati. “Lha, semua bahan makanan diborong. Sebel!” katanya.
Ia bahkan sempat terjebak di Shinjuku waktu sedang bekerja pada dua hari lalu. Alhasil, Rae tidak bisa pulang karena kereta berhenti. Ia pun menginap di hotel.