REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pentagon tak menerima peringatan bahwa tentara Arab Saudi dan yang lain akan dikerahkan untuk meredam protes rusuh di kerajaan Teluk, Bahrain, demikian keterangan Departemen Pertahanan AS itu, Senin (14/3).
Lebih dari 1.000 prajurit Arab Saudi telah memasuki Bahrain, tempat protes antipemerintah telah berkobar selama satu bulan. Uni Emirat Arab juga menyatakan negara tersebut telah mengirim sebanyak 500 polisi.
Pengerahan tentara dari Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang terdiri atas Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Qatar, dilakukan hanya beberapa hari setelah Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengunjungi kerajaan itu.
Baik Gates, maupun perwira tinggi militer AS Laksamana Mike Mullen, "diberi petunjuk bahwa pasukan Arab Saudi atau GCC akan dikerahkan ke Bahrain", kata jurubicara Pentagon Kolonel David Lapan di dalam pernyataan yang dikirim melalui surat elektronik kepada AFP.
"Keputusan campur-tangan Arab Saudi/GCC diambil sehubungan dengan meningkatnya bentrokan antara pemrotes dan oposisi pada Ahad (13/3) --setelah keberangkatan Gates," kata Lapan.
"Kami telah mengkomunikasikan dengan semua pihak mengenai keprihatinan kami berkaitan dengan tindakan yang dapat bersifat provokatif atau mengobarkan ketegangan sektarian," katanya.
Arab Saudi mengirim puluhan tank ke Bahrain, tempat berlangsungnya aksi protes antipemerintah yang telah berlangsung selama dua pekan, demikian harian Mesir Al-Masry Al-Youm baru-baru ini.
Sejumlah saksi mata melaporkan mereka melihat 15 unit kendaraan pengangkut tank yang masing-masing memuat dua tank, melintas di jalan King Fahd, yang menghubungkan Arab Saudi dengan negara pulau Bahrain.