Selasa 15 Mar 2011 09:41 WIB
Trending News

Reaksi Cepat KBRI Evakuasi Korban

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Stevy Maradona

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--Rasa syukur itu begitu jelas terucap darinya tatkala kami hubungi tak lama usai gempa terhebat sejak 140 tahun terakhir mengguncang Jepang Jumat (11/3) pekan lalu. Ucapan sebagai tanda berterima kasih kepada Sang Pencipta karena telah diselamatkan dari amuk bencana.

''Alhamdulillah para staf kedutaan dan WNI di Tokyo dalam keadaan baik,'' begitulah ujar Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Muhammad Lutfi.

Entah perasaan apa yang berkecamuk di dalam diri Lutfi tatkala gempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter itu mengayun dirinya. Bagi warga Jepang yang terbiasa menghadapi gempa saja, guncangan yang kemarin itu dirasa begitu kencang karena tak pernah terjadi sebelumnya.

Namun tak perlu membutuhkan waktu lama usai gempa yang melahirkan tsunami itu, Lutfi bergerak cepat untuk mengetahui kondisi seluruh stafnya. Dia sempatkan pula meninjau beberapa warga negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di Tokyo untuk mengetahui kabarnya. Setelah itu, dia merasa lega karena semua dalam kondisi selamat. Dan ucapan syukur itulah yang pertama kali dikatakannya tatkala dihubungi Republika.

Di hari bencana itu, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini menceritakan pula kondisi terkini di Jepang. Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu Jepang, Lutfi belum beranjak dari ruang kerjanya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo. Malam itu dia langsung membuat sejumlah rencana aksi untuk mengetahui nasib WNI di lokasi bencana, sekaligus untuk mengevakuasinya.

Data mengenai jumlah WNI di tiap kota bencana telah dikantongi dan misi penyelamatan siap diberangkatkan. ''Malam ini akan ada tim dari KBRI yang akan berangkat ke kawasan bencana,'' kata Lutfi.

Jalur darat menjadi alternatif untuk menembus medan yang porak-poranda. Data yang telah terkumpul jadi bekal untuk misi penyelamatan. ''Total ada 414 WNI di Perfektorat Miyagi dan Iwate dan 82 di Fukushima. Ini yang akan jadi fokus evakuasi,'' ujar Lutfi melanjutkan.

Secara rinci, Lutfi kemudian menjelaskan langkah taktis yang akan diambil. Mulai dari upaya pertama evakuasi hingga proses penampungan sementara WNI. ''Kami akan mencari mereka di shelter-shelter pengungsi dan mengevakuasi mereka ke wilayah lain di luar kawasan bencana,'' jelasnya.

Kata demi kata, lugas terucap dari bibir pria kelahiran Jakarta 16 Agustus 1969 itu, sebelum sambungan telepon kami terputus. Sulitnya akses komunikasi di Jepang membuat arus percakapan kami terhambat. Kesulitan akses yang tidak terlepas dari gempa yang dikabarkan telah menggeser poros bumi sejauh empat meter tersebut.

Beruntung, komunikasi dengan KBRI di Tokyo kembali dapat dilanjutkan. ''Memang agak sulit untuk menembus medan di lokasi bencana mengingat dampak dari gempa dan tsunami,'' tukas Lutfi menyambung perbincangan.

Namun, upaya evakuasi yang dilakukan KBRI tidak sia-sia. Selang beberapa jam usai perbincangan kami dengan Duta Besar, misi evakuasi KBRI berhasil mendarat di lokasi bencana. Sebanyak 112 WNI yang berada di Kota Sendai, Miyagi, daerah terdekat dari titik pusat gempa berhasil dievakuasi.

Ahad (13/3) malam mereka tiba di Tokyo dan lalu ditempatkan di penampungan sementara yang dibuat KBRI. ''Sekitar pukul 06.00 pagi waktu Jepang, mereka telah berada di penampungan sementara di sekolah Indonesia di Tokyo,'' ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, Senin (14/3).

Dalam waktu dekat, mereka akan diterbangkan ke Jakarta. ''Mereka sudah menyatakan setuju untuk dievakuasi segera ke Jakarta,'' kata Lutfi menambahkan. Dalam rombongan WNI yang dievakuasi itu terdapat pula seorang warga Vietnam dan Taiwan.

Selain evakuasi korban, KBRI juga mendirikan posko di Sendai, kota yang luluk lantak akibat gempa dan tsunami. Indonesia menjadi salah satu negara asing yang mendirikan posko darurat bagi warganya di lokasi bencana yang paling sulit ditembus. ''Posko ini akan menjadi tempat untuk memantau dan mendapati keberadaan WNI lain di Iwate dan Miyagi,'' jelas Tene.

Reaksi cepat juga dilakukan KBRI begitu mendapati informasi mengenai hilangnya empat orang WNI yang menjadi anak buah kapal (abk) di kapal nelayan Jepang, Kuni Maru 3. Kapal yang bermarkas di Sukume itu sedang bersandar di Pelabuhan Siogama, Miyagi, ketika gelombang tsunami menerjang wilayah itu. KBRI bahkan telah berhubungan langsung dengan perwakilan keluarga abk yang berada di Tanah Air, guna mendapati jejak keempatnya.

KBRI juga aktif menginformasikan kondisi terbaru pasca-bencana melalui jejaring sosial, Twitter. Hampir setiap jam, perkembangan usaha penyelamatan WNI diberitahukan via Twitter. Upaya tanggap KBRI yang menimbulkan simpati, terbukti dengan melonjaknya jumlah folower KBRI Jepang di Tokyo yang kini menyentuh angka 4.662 followers.

Situs resmi KBRI pun dijadikan media untuk menyampaikan kabar, termasuk dari WNI yang selamat. Kabar terbaru yang dirilis situs KBRI menyebut, para WNI telah berhasil dievakusi ke posko utama penampungan di Tokyo. Sebuah foto turut dipublikasikan di balik zona pengungsian.

Tampak belasan pemuda beserta seorang balita —yang kesemuanya merupakan WNI— tengah duduk bersila di ruangan beralaskan tikar bambu. Bersama mereka tampak Lutfi yang ikut bertahan di barak pengungsian WNI di Tokyo.

Sementara foto lain menampilkan misi penyelamatan WNI yang diberi titel Indonesia Relief Team. Dengan menggunakan dua mobil minibus berbendera Merah Putih, tim penyelamat dari KBRI berjuang menembus sulitnya medan di kawasan bencana. Reaksi cepat KBRI Tokyo dalam proses evakuasi WNI pun mendapat pujian.

Salah satunya datang dari anggota DPR. Wakil Ketua Komisi IX, Irgan Chairul Mahfiz memuji langkah KBRI Tokyo yang dinilainya tanggap. ''Sangat baik. Harus diakui apa yang dilakukan mereka memperlihatkan adanya perbaikan ketimbang upaya evakuasi di Mesir saat krisis politik atau tatkala menangani TKI telantar di Arab Saudi,'' puji Irgan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement