Selasa 15 Mar 2011 09:45 WIB
Pro Kontra

Jepang Takut Para Relawan Kesulitan

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Stevy Maradona

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Mengevakuasi WNI dari Zona Bencana Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) langsung terpacu adrenalinnya untuk mencari tahu dan mengevakuasi sekitar 400 warga negara Indonesia (WNI) di zona bencana gempa 9,0 SR dan tsunami setinggi 10 meter yang menerjang kawasan Sendai (Ferpektorat Miyagi) dan Fukusima di timurlaut Jepang, Jumat (11/3). Sejauh ini, menurut Duta Besar Indonesia untuk Jepang Muhammad Luthfi, sudah dievakuasi 110 WNI dari Sendai dan Fukusima. Sementara Tim Indonesia Aid di bawah bendera Dompet Dhuafa Jepang yang dipimpin Kresna Hadi Budianto, ikut menelusuri kleberadaan WNI di zona bencana dan pengungsian sambil menyakurkan berbagai bantuan kepada para korban. Seperti apa gambaran pascabencana itu?

Bagaimana kabar WNI di zona bencana dan pengungsian?

Ada banyak WNI di zona bencana Sendai sebagai pekerja di perusahaan perikanan. Saat kejadian gempa dan tsunami, banyak yang tengah berada di kapal. Tapi kami belum mendapat informasi mengenai korban dari warga asing termasuk WNI. Kami juga sudah tidak mendapati WNI di pengungsian. Tim KBRI telah menjemput mereka yang selamat.

Seperti apa kondisi di zona pengungsian korban gempa dan tsunami Jepang?

Sangat memperihatinkan. Fasilitas mati total. Listik terbatas dan sebagian mati.

Apa yang mereka butuhkan?

Masyarakat di zona pengungsian sangat membutuhkan sejumlah bantuan seperti bahan bakar dan yang paling utama adalah air. Mereka juga sangat butuh makanan.

Tadi, dalam perjalanan menuju zona pengungsian, kami mendapati para pengungsi sedang mengantre air. Antrean sangat panjang ini karena sumber air terbatas. Bahkan, kami mendapati ada masyarakat yang langsung mengambil air dari sungai untuk kebutuhan sehari hari.

Apakah Anda mendapati WNI di zona pengungsian?

Kami sudah tidak mendapati adanya WNI di Sendai. Tapi kami belum tahu apakah ada atau tidak WNI di pengungsian di daerah pesisir. Dari informasi yang didapat, para WNI telah dievakuasi dari Sendai. Tim dari KBRI telah menjemputnya tadi pagi (senin, 14/3). Total ada dua bus yang mengangkut WNI menuju Tokyo.

Apakah mendapat informasi tentang keberadaan WNI di wilayah lain?

Kabar yang didapat di sini sangat simpang siur. Tapi dari informasi yang didapat, ada banyak WNI di Sendai sebagai pekerja di perusahaan perikanan. Dari informasi yang kami peroleh pula, banyak di antara mereka yang saat kejadian tengah berada di kapal. Ini belum bisa dipastikan mengingat sulitnya mencapai akses tersebut karena lokasi tersebut ditutup.

Mengapa pemerintah Jepang menutup sejumlah lokasi?

Ini sebagai antisipasi akan kemungkianan yang tidak diinginkan. Mereka takut para relawan justru menjadi korban akibat kesulitan medan. Karena itu, sejumlah tempat masih ditutup bagi relawan. Hanya tentara keamanan Jepang, palang merah, dan petugas kesehatan yang boleh memasuki wilayah terisolasi.

Apakah sudah mendapat informasi tentang korban WNI?

Belum ada. Kami belum mendapat informasi mengenai korban dari warga asing termasuk WNI. Belum bisa dipastikan pula jumlah korban hilang mengingat pendataan masih dilakukan pemerintah Jepang.

Bantuan apa yang diberikan Dompet Dhuafa?

Kami sudah berkeliling ke sejumlah tempat di Sendai. Awalnya kami mencoba mencari WNI, tapi ternyata sudah tak ada satupun yang didapati di zona pengungsian. Kami pun memberi sejumlah bantuan bagi warga Jepang, berupa makanan, tissu, minyak, dan generator listrik. Bantuan masih akan disalurkan bagi para korban bencana. Namun secara umum, penyaluran masih terkendala karena tertutupnya wilayah.

Yang Anda lihat, seperti apa kondisi wilayah yang terkena bencana?

Kehancuran hampir terjadi di kota yang berada di pesisir. Mobil-mobil tergeletak, bahkan ada yang di atas rumah. Sisa material memenuhi jalan. Belum ada pihak warga yang membenahi karena khawatir akan terjadi bencana susulan.

Tapi di sejumlah tempat telah ada perbaikan. Ada beberapa swalayan yang mulai buka. Ini sangat disyukuri oleh para korban yang umumnya mengalami krisis makanan dan bahan bakar.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement