Selasa 15 Mar 2011 09:50 WIB
Pro Kontra

Jepang Belum Butuh Bantuan Indonesia

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Stevy Maradona
Evakuasi mayat korban tsunami di kota Higashimatsushima.
Foto: AP
Evakuasi mayat korban tsunami di kota Higashimatsushima.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Mengevakuasi WNI dari Zona Bencana Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) langsung terpacu adrenalinnya untuk mencari tahu dan mengevakuasi sekitar 400 warga negara Indonesia (WNI) di zona bencana gempa 9,0 SR dan tsunami setinggi 10 meter yang menerjang kawasan Sendai (Ferpektorat Miyagi) dan Fukusima di timurlaut Jepang, Jumat (11/3). Sejauh ini, menurut Duta Besar Indonesia untuk Jepang Muhammad Luthfi, sudah dievakuasi 110 WNI dari Sendai dan Fukusima. Sementara Tim Indonesia Aid di bawah bendera Dompet Dhuafa Jepang yang dipimpin Kresna Hadi Budianto, ikut menelusuri kleberadaan WNI di zona bencana dan pengungsian sambil menyakurkan berbagai bantuan kepada para korban. Seperti apa gambaran pascabencana itu?

Bagaimana perkembangan proses evakuasi WNI di Jepang?

Dari 414 WNI di zona bencana gempa dan tsunami, kami berhasil menghubungi dan mengevakuasi 110 WNI dari Sendai dan Fukushima. Mereka tiba tadi pagi (Senin, 14/3) di Tokyo pada pukul 05.00. Alhamdulillah, semua dalam kondisi baik. Psikis mereka pun stabil dan kini berada di penampungan sementara, sekolah Indonesia di Tokyo. Sebanyak 103 orang di antaranya akan dipulangkan ke Tanah Air, Selasa (15/3)

Bagaimana usaha untuk mencari sisa WNI di lokasi bencana, karena baru 110 dari total 414 WNI?

Tim masih berada di lokasi untuk mencari WNI yang lain. Kami mendatangi shelter-shelter pengungsian dan sejumlah panti sosial untuk mendapati keberadaan mereka.

Fokus dalam pencarian kami masih seputar lokasi bencana, yaitu Miyagi, Sendai, dan Fukushima. Kami juga berkoordinasi dengan pemerintah Jepang untuk mengetahui keberadaan WNI lain yang belum bisa dihubungi.

Seperti apa proses kerja tim evakuasi?

KBRI memiliki posko utama di Tokyo. Ada juga daerah yang menjadi tempat posko bantuan, di antaranya di Ibaraki dan Nigata. Dari posko itu kita menyalurkan bantuan dan evakuasi bagi WNI.

Harus diakui, proses pendistribusian bantuan sangat sulit mengingat medan yang hancur pascabencana. Tapi kita terus upayakan untuk menembus kota-kota yang terkena dampak terparah.

Usaha yang dilakukan lewat jalan darat, yang dilakukan sejak hari pertama dan pada Sabtu (12/3). Sejak itu posko evakusiasi WNI langsung didirikan di daerah bencana, yakni Sendai. Dari posko tim bergerak untuk mengevakuasi WNI untuk dibawa ke posko utama di Tokyo.

Bagaimana perlakukan terhadap mereka di posko Tokyo?

Kami memberikan bantuan makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Sulit membiarkan mereka tetap di tenda pengungsian karena kondisinya yang memperihatinkan.

Di posko pengungsian, setiap pengungsi dijatah air 250 cc per hari. Selain itu makanan nasi hanya dijatah satu kepal. Sanitasi pun agak kurang mengingat sulitnya akses mandai, cuci, dan kakus. Karena itu kami membawa mereka ke posko utama di Tokyo yang memiliki fasilitas dan bantuan yang cukup.

Rencana bagi para WNI yang kini dipengungsian Tokyo?

Mereka akan dievakuasi ke Tanah Air esok, Selasa (15/3). Total ada 103 yang akan diberangkatkan. Mengapa dibawa pulang, ini karena kondisi di Jepang yang tidak memungkinkan untuk pemulihan kondisi yang sangat cepat. Karena itu, lebih baik mereka dibawa ke Tanah Air agar mendapatkan kondisi yang lebih baik.

Apa yang kini dibutuhkan WNI  di zona pengungsian?

Mereka umumnya membutuhkan selimut dan alat tidur. Ini terutama bagi WNI yang masih di lokasi bencana di daerah utara. Di sana kondisi cuacanya masih sangat dingin.

Hubungan dengan pemerintah pusat?

Sudah ada koordinasi dan komunikasi terkait usaha pemulangan dan evakuasi WNI. Tapi untuk mengirimkan tim kemanusiaan ke lokasi bencana, Pemerintah Jepang tampaknya belum membutuhkannya.

Hari ini Pemerintah Jepang menyatakan rasa terima kasihnya pada sejumlah negara tentang kesediannya untuk memberi bantaun. Tapi Jepang menyatakan negaranya masih sanggup sendiri menangani penanggulangan bencana. Hanya Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia yang diizinkan. Ini mengingat perjanjian antara kedua negara dalam hal penanganan bencana.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement