REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO - Kepanikan terjadi di Tokyo pada Selasa (15/3) setelah terjadinya peningkatan tingkat radioaktif di reaktor nuklir sebelah utara kota itu. Kabar radiasi nuklir menyebabkan sebagian penduduk meninggalkan ibu kota dan lainnya menimbun makanan.
Beberapa kedutaan besar menyarankan para pegawai dan warga negaranya untuk meninggalkan daerah yang terpapar radiasi. Wisatawan mempersingkat waktu kunjungannya dan perusahaan multinasional mendesak stafnya untuk pergi atau mempertimbangkan rencana untuk keluar kota.
Toko 24 jam yang menjual barang-barang umum di distrik Roppongi Tokyo, Don Quixote, kehabisan radio, senter, lilin, tempat bahan bakar dan kantung tidur pada Selasa (15/3). Demikian diberitakan Reuters yang datang ke toko itu.
Beberapa wartawan internasional yang meliput bencana di kawasan Sendai juga ditarik. Kota sebelah timur laut Sendai merupakan wilayah yang terparah terkena dampak gempa dan tsunami Jepang. Setidaknya 10.000 orang tewas di kota tersebut.
Kantor agen pencari kerja asal Inggris di Tokyo, Michael Page International, ditutup selama beberapa pekan. "Saya pergi ke Singapura besok dan akan bekerja dari kantor kami di Singapura," kata seorang pegawai.
Kantor berita Kyodo News mengatakan sedikit tingkat radioaktif di atas normal kini terdeteksi di Tokyo. Tingkat radiasi di Saitama, dekat Tokyo, mencapai 40 kali di atas batas normal. Tingkat tersebut tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia. Namun, berita radiasi nuklir sudah cukup memicu kepanikan di kota metropolitan yang ramai, ultra-modern, dan sangat efisien dengan penduduk sekitar 12 juta orang itu.
''Angin di sekitar pembangkit tenaga nuklir yang diguncang gempa tersebut bertiup pelan ke arah barat daya, termasuk melalui Tokyo. Namun, angin akan bertiup ke sebelah barat pada Selasa,'' kata pejabat kantor cuaca. ''Angin bertiup dengan kecepatan sekitar 2-3 meter per detik,'' kata pejabat Badan Metereologi Jepang yang berbasis di Prefektur Fukushima yang menjadi lokasi dari tiga reaktor yang bermasalah.