REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO – Jepang menghadapi resiko baru akibat gempa bumi, tsunami, dan krisis nuklir, yakni penimbunan barang-barang kebutuhan -termasuk BBM- oleh rakyatnya. Makanan kaleng, batu baterai, air mineral, daging, dan roti menghilang dari rak-rak toko dan supermarket. Sementara antrian mobil mengular di SPBU.
Di wilayah yang jauh dari lokasi bencana, toko-toko kehabisan barang-barang. Ini membuat pemerintah khawatir bahwa penimbunan akan mengganggu penyaluran bantuan makanan darurat bagi warga di wilayah bencana.
Michiaki Tada (40), seorang programer web, terkejut mendapati rak-rak kosong di sejumlah minimarket. “Ini seperti lelucon. Mie instan, bola nasi (riceball), snack, semuanya menghilang, kecuali keripik kentang super pedas. Saya bahkan tak bisa menemukan cokelat batangan.”
Penimbunan atau pembelian karena panik (panic buying) disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat akan terhentinya pasokan barang kebutuhan, yang disebabkan rusaknya jaringan transportasi, tutupnya pabrik-pabrik, hingga matinya jaringan listrik.
Menteri urusan konsumen, Renho, meminta masyarakat untuk mencegah diri membeli barang yang benar-benar tak dibutuhkan.
Bahkan di kota Hiroshima, wilayah yang tak tersentuh gempa dan tsunami, toko-toko kehabisan batu baterai. Media massa di kota ini mengingatkan warga agar tidak menimbun barang.