REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton melakukan pertemuan tertutup dengan oposisi senior Libya untuk untuk membahas bagaimana untuk lebih mendukung pemberontakan terhadap Kolonel Muammar Gaddafi. Pertemuan dengan anggota pemberontak Jibril Mahmoud terjadi di sebuah hotel di Paris disela-sela pertemuan anggota G8, yang juga membahas krisis Libya, apakah hanya akan menerapkan zona larangan terbang.
Jibril merupakan anggota Dewan Nasional Libya Sementara yang baru dibentuk di kota Benghazi Libya timur. Berbicara di Westminster pada Senin (14/3), Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan bahwa saat ini waktu adalah poin terpenting dalam menanggapi situasi di Libya, dan bahwa NATO telah membuat rencana kontingensi untuk zona larangan terbang.
"Setiap hari Gaddafi menyiksa rakyatnya sendiri," katanya. "Waktu adalah penting, seharusnya tidak ada pengurangan tekanan kepada rezim (Gaddafi)," tambahnya.
Setidaknya ada diskusi baru di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait cara untuk mengakhiri penindasan pasukan pemberontak yang semakin brutal yang dilakukan rezim Kolonel Qadhafi. Rancangan Resolusi Dewan Keamanan baru termasuk zona larangan terbang sedang dibentuk oleh Inggris dan Perancis dan kemungkinan disampaikan pada Selasa (15/3).
Di Washington, Presiden Barack Obama menegaskan kembali permintaannya bahwa Gaddafi harus turun dari pemerintahannya yang telah ia pimpin selama 42 tahun. Para pengunjuk rasa yang bermusuhan dengan pemerintah Libya telah meminta bantuan internasional terkait aksi para pendukung setia Gaddafi yang terus melanjutkan pertempuran berdarah dan mengklaim wilayah pemberontak di timur Libya.
Kendati demikian, tidak ada komentar terkait pembicaraan Clinton dengan Jibril tersebut, tetapi kemungkinan hal itu menjadi faktor penentu dalam pendekatan Amerika Serikat untuk menangani situasi di Libya. Obama selama ini dinilai gagal terlibat dalam krisis, meskipun panggilan dari beberapa anggota Kongres bahwa para pemberontak harus didukung dengan memberikan perlindungan baik udara maupun dengan senjata.