REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK - Sekitar 1.000 orang melakukan aksi unjuk rasa di timur laut Thailand, Selasa (15/3), menentang rencana negara itu untuk membangun pembangkit listrik bertenaga nuklir. Hal ini menyusul kebocoran radiasi di reaktor nuklir Jepang akibat dihantam gempa-tsunami Jepang.
"Orang-orang datang karena mereka takut terkait situasi di Jepang," kata Viroj Jirarungsan, Gubernur Provinsi Kalasin. "Saya berbagi rasa takut saya dengan rakyat Kalasin bahwa Thailand tidak seharusnya membangun pembangkit tenaga nuklir. Saya pikir kita bisa menggunakan energi alternatif seperti biodiesel, angin atau matahari.''
Berkaca pada situasi di Jepang, Viroj mengatakan bahwa rakyat Thailand tidak memiliki kepercayaan terhadap pembangkit nuklir lagi. Ketika para pejabat mengunjungi wilayahnya untuk melakukan survei, Viroj mengaku tidak tahu adanya rencana perusahaan untuk membangun pembangkit tenaga nuklir di provinsinya.
Thailand, yang terkena tsunami Samudera Hindia pada 2004, mengatakan peristiwa di Jepang bisa mempengaruhi rencana sementara mereka untuk membangun beberapa pembangkit nuklir. "Sebuah pembangkit nuklir membutuhkan langkah-langkah keamanan yang signifikan di banyak daerah. Terutama karena, baru-baru ini bencana alam dan terorisme meningkat," kata Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva
Thailand saat ini sedang mengkaji masalah tersbeut. ''Tetapi, apa yang terjadi di Jepang mungkin mempengaruhi keputusan apakah akan membangun pembangkit nuklir di Thailand," tambahnya.