REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA - Suara tembakan terdengar pada Rabu (16/3) ketika tentara Bahrain dengan kendaraan anti-peluru mulai membersihkan kawasan keuangan di Manama, ibu kota Bahrain, saat sejumlah pemrotes melakukan perlawanan dengan memblokade jalan secara ilegal.
Helikopter militer berputar di udara saat tentara mengawal satu buldozer ke kompleks bisnis Pelabuhan Keuangan (Financial Harbour). Kawasan itu adalah penghubung keuangan \ dengan banyaknya bank internasional dan perusahaan multinasional besar di lokasi itu.
Seorang wartawan AFP di lokasi mengatakan sejumlah peluru ditembakkan di pinggir jalan namun tampak tidak ada perlawanan dari demonstrator anti-pemerintah yang menguasai kawasan bisnis pada Ahad, yang melumpuhkan ekonomi.
Cengkeraman para pengunjuk rasa dapat terdengar berorasi "Allahu Akbar" dan beberapa di antaranya membakar tong sampah di jalanan, tetapi wilayah tersebut umumnya sepi.
Pasukan keamanan sebelumnya pada Rabu menembakkan peluru menyebar dan gas air mata untuk mengusir pengunjuk rasa pro-demokrasi dari Lapangan Mutiara, yang menjadi tempat berkumpul protes sejak pertengahan Februari.
Sheikh Ali Salman, kepala dari kelompok utama oposisi Syiah pendukung protes, mengatakan rezim kepemimpinan Sunni bertindak seperti pemimpin Libya Muamar Gaddafi dan menggunakan "kekerasan ekstrim" terhadap warga biasa.
"Kami menyerukan kepada putra bangsa kami tidak berhadapan dengan pasukan keamanan dan menyelamatkan nyawa diri semua orang," katanya dalam wawancara dengan stasiun berita Timur Tengah, Al-Jazeera.
"Kami menegaskan sikap perlawanan yang damai meski para penjahat telah diturunkan oleh rezim," katanya. Ia meminta kepada PBB agar "menengahi supaya melindungi warga sipil dari pasukan yang memberlakukan mereka selayaknya kepada musuh."