Rabu 16 Mar 2011 20:41 WIB

Airlines Berburu dengan Waktu untuk Bantu Eksodus Warga Asing Keluar Jepang

Warga asing memadati Bandara Narita, Tokyo, bersiap meninggalkan Jepang
Foto: The Straits Times
Warga asing memadati Bandara Narita, Tokyo, bersiap meninggalkan Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT - Airlines dari berbagai maskapai berburu dengan waktu mengangkut warga asing yang ingin segera meninggalkan Jepang. Sebagian warga asing itu mencemaskan dampak krisis nuklir yang makin tak terkendali, melebihi kekhawatiran akan gempa susulan atau dampak tsunami.

Bencana yang terjadi telah mengubah  Tokyo menjadi kota "hantu". Warga memilih untuk tetap tinggal di rumah-rumah mereka,meski sebagian dalam kondisi gelap gulita akibat pemadaman bergilir.

Perancis dan Austria mendesak warga mereka di Tokyo untuk meninggalkan negara itu atau menyingkir ke bagian selatan Jepang. Kedutaan Prancis di Tokyo mengatakan pihaknya telah meminta Air France untuk memobilisasi pesawat guna keperluan  evakuasi warganya.

Maskapai Lufthansa mengatakan mengalihkan pesawat ke Osaka dan Nagoya demi menghindari kepadatan di Narita.

Maskapai Belanda, KLM,  juga mengatakan melakukan pengalihan ke Osaka, bukan Tokyo, pada penerbangan ke Jepang pada hari Rabu. Namun mereka masih akan terbang dari Narita Tokyo ke Amsterdam. Perusahaan swasta juga mengatakan mereka  dibanjiri  permintaan untuk penerbangan evakuasi.

"kami melayani penerbangan tengah malam karena situasi yang memburuk. Banyak orang yang mengkhawatirkan nya dan mencari cara untuk segera keluar dari Tokyo," kata Chief Executive Asia Jet, Mike Walsh, pada Reuters. "Kita berhadapan dengan lebih dari 1.000 orang yang ingin mengungsi dari Tokyo pagi ini."

Sebuah industri penerbangan resmi di Asia mengatakan telah terjadi penurunan tajam permintaan penerbangan ke Jepang. Perusahaan  ritel  H & M  juga mengatakan mereka membantu staf yang ingin meninggalkan negara atau memindahkan mereka dari  Fukushima.

Perusahaan manajemen aset Prancis, Amundi, mengatakan pihaknya telah mengevakuasi keluarga warga Perancis di antara 230 karyawannya di Jepang, tetapi perusahaan asuransi Axa Perancis mengatakan tidak punya rencana untuk merelokasi 8.000 ppekerjanya yang berbasis di Jepang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement