REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menggelar pembicaraan dengan Perdana Menteri, Mesir Essam Sharaf, pada Rabu (16/3), dengan topik pembahasan hubungan bilateral dan situasi regional.
Mesir tengah menjalankan transisi politik guna mencapai demokrasi sejati yang dapat menjamin semua pihak dalam kehidupan politik, kata Sharaf ketika berbicara dengan Hillary, menurut kantor berita pemerintah MENA.
Keduanya merundingkan sejumlah cara guna meningkatkan hubungan bilateral di berbagai bidang serta bantuan Amerika Serikat untuk Mesir, menurut laporan MENA.
Sebelum memulai dialog, Hillary sempat mengunjungi Bundaran Tahrir, pusat dari aksi protes anti pemerintah selama 18 hari yang memaksa Presiden Hosni Mubarak mundur pada 11 Februari lalu.
Hillary juga bertemu dengan Tantawi, Panglima Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir, yang menerima limpahan kekuasaan memerintah Mesir setelah Mubarak mundur.
Hillary menyampaikan keinginan Washington untuk bekerja sama dengan Mesir dan mendukung proses transisi yang berjalan. Dia juga menegaskan dukungan berkelanjutan terhadap Mesir sebagai mitra strategis di wilayah Timur Tengah, tulis kantor berita MENA.
Hillary sebelumnya telah berbincang dengan Menteri Luar Negeri Mesir Nabil el-ARabi pada Selasa siang, segera setelah ia tiba di Mesir.
Amerika Serikat menjanjikan dukungan ekonomi jangka pendek senilai 90 juta dolar AS terhadap Mesir, kata Hillary, seraya menambahkan baha ia telah meminta kepada Kongres AS untuk mendirikan perusahaan pendanaan patungan AS-Mesir.